Hingga awal bulan Juni ini, hujan masih terus turun setiap hari. Kalaupun tidak turun hujan, sering terjadi mendung menggantung sepanjang hari. Beberapa teman yang mengolah chips porang dengan mengandalkan sinar matahari mengeluhkan produktifitas dan kualitas yang turun.
Sebenarnya masalah dengan hujan bukan hanya dihadapi oleh prosesor chips porang saja, curah hujan yang tinggi di musim yang seharusnya sudah kemarau ini, juga akan menyulitkan pemanenan dan mengurangi daya simpan umbi. Baik umbi untuk produksi maupun umbi yang disiapkan untuk bibit.
Melihat kondisi ini, perlu dipikirkan implementasi alat pengering dengan investasi murah, biaya operasional rendah, dan bisa berdaya guna mengatasi halangan alam (hujan, mendung, malam hari). Apalagi karakter dari irisan porang sendiri, setelah umbi diiris, jika tidak segera dijemur terpisah bisa lengket satu sama lain. Dan ujung-ujungnya muncul cendawan keputih-putihan jika tidak segera kering.
Setelah berselancar di internet pada keyword teknologi tepat guna, beberapa hasil riset alat pengering terlihat sangat menarik. Karena , misalnya pengering tenaga surya IAT meski tetap menggunakan matahari (tentu saja) sebagai generator panas, tetapi memerangkap panas yang dihasilkan oleh kolektor (berbahan seng gelombang) di dalam ruang pengeringan. Sehingga seluruh ruang tertutup di dalam pengering memiliki tingkat panas yang sama (disebutkan mencapai rata-rata 50 derajat celcius).
Ada lagi pengering yang menggunakan teknik rumah kaca untuk memerangkap panas matahari. Dengan ruangan semi cone berdinding kaca yang bisa diputar mengikuti sinar matahari, matahari langsung bisa menyinari benda yang dikeringkan pada rak-rak bertingkat, dan udara panas tidak serta merta terbuang begitu saja, tetapi berputar-putar di dalam ruangan secara merata. untuk membuang uap air yang berasal dari penguapan, digunakan exhauster yang berputar di bagian atas. Menariknya pada alat ini dilengkapi dengan mekanisme pemanasan dengan bahan bakar biomass (ranting, kayu, sampah organik atau kotoran binatang), jadi bisa berdaya guna jika diperlukan untuk pengeringan tanpa henti di malam hari. Atau jika cuaca mendung dan hujan sekalipun.
Dari semua alat di atas, yang paling menarik adalah dengan mesin pengering berbahan bakar arang / kayu. Alat ini tidak memerlukan space terlalu luas, hanya sepersekian dari luasan lahan yang diperlukan jika mengeringkan dengan panas matahari langsung. Dengan alat pengering, yang jelas, kontinyuitas produksi bisa dijamin, tanpa terganggu cuaca, hasil pengeringan pasti lebih bersih karena terlindung dari debu dan kotoran tanah lain, kapasitas pengukuran bisa terukur dengan pasti.
Jadi, bisa dicoba..
Berawal dari gagasan memperkenalkan budidaya porang/iles-iles, sebagai salah satu komoditi andalan masyarakat desa, saya menyadari potensi pedesaan dan masyarakatnya yang bisa dikembangkan menjadi suatu kekuatan ekonomi yang-Insya Allah- sustainable. Kita harus menjawab satu demi satu persoalan yang timbul di pedesaan, dan bersama mencari jalan keluarnya. Kenapa kita? Karena hanya secara bersama-sama kita bisa menguaikan persoalan melalui langkah-langkah yang sistematis dan saling melengkapi.
Tuesday, June 2, 2009
Monday, April 20, 2009
Menghasilkan chips berkualitas
Mengolah umbi porang menjadi chips memiliki tantangan tersendiri. Meskipun kadang kita temui requirement yang berbeda dari satu buyer ke buyer yang lain, terutama dalam standard ketebalan dan ukuran umbi yang di proses. Ada buyer yang saya temui menginginkan chips dengan ketebalan 1/5 cm ke atas, ada yang tipis-tipis 2 - 3 mm, ada buyer yang mensyaratkan umbi yang dirajang berukuran minimal 15 cm, ada juga yang ukuran berapapun bisa dirajang. Meski perbedaan requirement di atas, semuanya mensyaratkan hal yang sama : PUTIH dan BERSIH !!.
(tapi ingat ini bukan iklan cream kecantikan lho ya... )
Berikut ini adalah beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk menjamin kualitas produk.
1. Pastikan umbi sehat, bersih, dan tidak bercendawan. Jika umbi anda sudah telanjur bercendawan, cuci bersih dengan air untuk menghilangkan bagian-bagian yang sudah rusak tersebut. Pencucian juga bisa untuk memastikan tanah dan kotoran-kotoran lain yang menempel ke umbi hilang.
2. Gunakan pisau yang tajam dan cukup kaku sehingga tidak melengkung ketika umbi dipotong. Terdapat berbagai tipe alat perajang yang digunakan baik yang seperti ketam (pisau bergerak - umbi diam) atau sebaliknya pisau diam umbi digerakkan. Secara prinsip tidak ada masalah, hanya ketika pisau tidak cukup tajam atau pisau terlalu tipis sehingga melengkung ketika mengiris, ada kemungkinan menyebabkan ketebalan irisan tidak sama. Ketebalan irisan yang tidak seragam akan menambah proses sortir sehingga produksi akan sedikit terhambat.
3. Pastikan digunakan alas yang bersih. Pada tulisan yang lalu saya sebutkan penggunaan widhig (anyaman bambu tebal) dalam penjemuran, selain ini bisa saja irisan langsung dijemur di lantai semen, tentunya dengan catatan lantai sudah dibersihkan dari kotoran dan tanah.
4. Ketebalan irisan akan menentukan berapa lama (hari) irisan harus dijemur. Jadi jika pada malam hari irisan masih belum kering, bisa digunakan terpal plastik untuk menutupi irisan, sehingga tidak terkena embun. Hal ini bisa juga diterapkan pada waktu gerimis atau turun hujan.
Nah selamat berproduksi. Have a nice business !!!
(tapi ingat ini bukan iklan cream kecantikan lho ya... )
Berikut ini adalah beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk menjamin kualitas produk.
1. Pastikan umbi sehat, bersih, dan tidak bercendawan. Jika umbi anda sudah telanjur bercendawan, cuci bersih dengan air untuk menghilangkan bagian-bagian yang sudah rusak tersebut. Pencucian juga bisa untuk memastikan tanah dan kotoran-kotoran lain yang menempel ke umbi hilang.
2. Gunakan pisau yang tajam dan cukup kaku sehingga tidak melengkung ketika umbi dipotong. Terdapat berbagai tipe alat perajang yang digunakan baik yang seperti ketam (pisau bergerak - umbi diam) atau sebaliknya pisau diam umbi digerakkan. Secara prinsip tidak ada masalah, hanya ketika pisau tidak cukup tajam atau pisau terlalu tipis sehingga melengkung ketika mengiris, ada kemungkinan menyebabkan ketebalan irisan tidak sama. Ketebalan irisan yang tidak seragam akan menambah proses sortir sehingga produksi akan sedikit terhambat.
3. Pastikan digunakan alas yang bersih. Pada tulisan yang lalu saya sebutkan penggunaan widhig (anyaman bambu tebal) dalam penjemuran, selain ini bisa saja irisan langsung dijemur di lantai semen, tentunya dengan catatan lantai sudah dibersihkan dari kotoran dan tanah.
4. Ketebalan irisan akan menentukan berapa lama (hari) irisan harus dijemur. Jadi jika pada malam hari irisan masih belum kering, bisa digunakan terpal plastik untuk menutupi irisan, sehingga tidak terkena embun. Hal ini bisa juga diterapkan pada waktu gerimis atau turun hujan.
Nah selamat berproduksi. Have a nice business !!!
Labels:
Chips,
Keripik Porang,
Mengolah Porang,
Pasca Panen,
Pisau Rajang,
porang,
Slicing
Subscribe to:
Posts (Atom)