bisnis online

Tuesday, September 9, 2008

Sebuah Impian - Membangun Kemitraan Petani - Corporate

Gara-gara iklan saya di Indonetwork belasan orang mengontak saya, baik via telepon, SMS, atau email, menanyakan stok keripik porang. Terakhir kemarin sore, seorang bapak yang mengaku memiliki pabrik pengolahan konnyaku di Surabaya menelepon menanyakan stok yang saya punyai. Beliau menyebutkan harga beli chips yang bisa diterima - masih di bawah harga terakhir saya menjual ke pengepul - berikut "peraturan-peraturan" kualitas untuk bisa diterima. Sekilas mendengar peraturan beliau, saya yakin tidak bisa memenuhi kriteria yang ditentukan - karena standard kualitas yang diminta agak aneh, yaitu setelah kering hasil chips porang harus berwarna kuning. Selama ini - setahu saya - baik dengan pemanasan matahari atau dengan oven, hasilnya sama-sama putih cerah. Jadi bagi saya, hasil chips porang bewarna kuning setelah kering, adalah hal yang baru, kalau ada pembaca yang lebih tahu mungkin bisa share.

Terlepas dari konteks pembicaraan di atas, bulan-bulan ini sudah cukup jauh waktunya dengan musim panen porang di bulan Mei - Juli. Sebenarnya panen bukan dengan patokan bulan tersebut, tetapi lebih tepat jika ditandai dengan permulaan musim kemarau dimana batang porang layu dan mengering. Jadi saat ini pun, jika masih ada umbi porang yang belum dipanen, masih bisa dilakukan pemanenan sekaligus menjemurnya di bawah terik matahari - tetapi hati-hati, karena hujan sesekali sudah turun.

Mengingat rendahnya kapasitas produksi kita pertahun, sudah sangat mendesak untuk memperluas Dan mengintensifkan budidaya porang di lahan-lahan yang sesuai. Tarik ulur yang terjadi adalah, warga sekitar hutan, tidak akan pernah cukup uang untuk membeli bibit. Terlihat bahwa mereka berada dalam jebakan kemiskinan turun temurun yang tidak akan pernah ada solusinya.

Di tengah gencarnya perusahaan-perusahaan besar membangun brand image dengan meluncurkan berbagai program Corporate Social Responsibility, saya kira inilah waktu yang tepat untuk membangun jembatan CSR tersebut ke pintu yang tepat, sehingga bantuan yang diberikan bisa menumbuhkan kemandirian.

Kemungkinan lain misalnya dengan cara inti - plasma. Perusahaan-perusahaan consumer goods yang menggunakan konnyaku sebagai bahan baku, bisa memperoleh pasokan yang kontinyu, kualitas terjaga Dan yang pasti dengan harga murah. Dengan cara membina petani plasma di kantong-kantong sekitar hutan,dengan menjamin penyediaan bibit, pupuk, dan jaminan penyerapan hasil panen.

Dalam kalkulasi saya, dari satu hektar lahan, bisa dihasilkan sampai 3,5 ton tepung konnyaku dalam satu kali panen. Dimana biaya investasi akan kembali sejak tahun pertama panen, dengan keuntungan akan tumbuh sampai 600% di tahun kedua. Nah siapa yang akan memulai?

5 comments:

Anonymous said...

pak untuk membudidayakan porang brp minimal luas lahan yang diperlukan supaya mendapatkan hasil yang optimal ?

Unknown said...

Terima kasih pak bagus atas pertanyaan yang menarik.Pertanyaan yang sama sering ditanyakan kepada kami dimana "tidak punya" lahan yang luas menyebabkan petani/pengusaha kita menunda untuk memulai budidaya porang.
Sebelum menjawab, perlu diingat bahwa jarak tanam ideal porang adalah 1m x 0,5m, jadi sebenarnya luasan inilah yang menjadi syarat minimal lahan untuk budidaya porang. Jadi seberapapun luas lahan yang bapak miliki saat ini, asal syarat adanya pohon tegakan peneduh, dan tanah tidak becek, sudah bisa menjadi lahan budidaya porang.
Insya Allah, saya akan menyampaikan pemikiran mengenai penularan "virus porang", di tulisan yang lain, untuk memberikan gambaran, bahwa prinsipnya untuk menjamin supply, bukan kita yang harus memiliki lahan sendiri, tetapi bagaimana kita bisa menularkan virus sehingga banyak orang yang mengikuti jejak kita.
Terima kasih, salam.

Unknown said...

pak untuk membudidayakan porang brp minimal luas lahan yang diperlukan supaya mendapatkan hasil yang optimal ?
Mohon maaf Pak Bagus, karena terlalu bersemangat saya mengabaikan kata terakhir pada pertanyaan bapak.
Mengingat hasil optimal di sini bisa bercabang (bisa saja "cukup banyak", atau "cepat menghasilkan revenue), saya ingin kembali ke tulisan saya di Analisa Investasi - Mulai Berhitung Cost & Benefit, di situ saya berikan ilustrasi per 1000m2 lahan bisa dihasilkan 4000kg umbi, ekuivalen dengan 680kg chips, senilai Rp8,84 jt (harga chip /kg Rp13.000).

Sedangkan untuk kecepatan memperoleh revenue, menanam dengan umbi akan lebih cepat memberikan hasil, yaitu cukup satu kali musim hujan, porang bisa dipanen, kurang lebih 6 bulan sejak investasi.
Demikian pak, semoga melengkapi jawaban.
Salam

Anonymous said...

dh,

Saya ingin mengenal lebih jauh ttg pemrosesan iles2 menjadi tepung konyakku, dimana saya bisa mendapatkan panduannya dan dimana saya bisa bertemu dengan bapak untuk konsultasi ttg iles2 ini.Jika bapak bersedia mohon saya dikabari via email sai@hotmail.co.id Terimakasih atas perhatiannya.

Unknown said...

Dh,
15 tahun saya tinggal di Jepang, dan konyakku menjadi santapan favorit di keluarga kami. Bbrp. bulan yang lalu kami pindah ketanah air. Saya berminat sekali untuk berbudidaya porang, dan ingin sekali memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia ttg.berbagai resep konyakku sebagai makanan sehat dan patut disantap oleh siapa saja.
Dimana dan bagaimana cara mendapatkan bibit konyakku dalam jumlah banyak, terimakasih

Salam sukses,
Wiwied Kuno