bisnis online

Tuesday, December 30, 2008

Ciri-ciri Porang - Include Foto(s)

Dari hasil diskusi dengan teman-teman di belahan Nusantara, dan juga contoh umbi yang dikirimkan kepada saya, saya merasa perlu sharing yang saya ketahui tentang komoditas yang "terpendam" ini. (Maksudnya memang umbi tanaman ini terpendam di dalam tanah - juga bahwa potensi komoditas ini belum di blow-up dengan semestinya..)

Berikut saya sampaikan ciri-ciri fisik tanaman porang :



Batang tanaman Porang terdapat bercak-bercak putih - hijau. Secara visual memang tidak terlalu berbeda dengan Suweg / Iles-iles Putih/ Walur (hanya saja kalau suweg kadang cenderung bercak gelap). Jika diraba baru terasa kalau kulit batang suweg terasa kasar. (seperti pd gambar diatas )











Kira-kira mulai usia tanaman 2 bulan, porang mulai mengeluarkan bulbil, yaitu umbi generatif yang tumbuh pada pangkal daun. Ditandai dengan bintik gelap pada pangkal daun. Jumlah bulbil tergantung ruas percabangan daun.Besarnya bulbil mulai seujung pensil sampai sekepalan tangan anak kecil. Bulbil berwarna coklat gelap (gambar di atas)

          Umbi porang merupakan umbi tunggal, tidak ada titik tumbuh selain di bekas tumbuhnya batang. Daging umbi berwarna kuning cerah, dan seratnya halus. Getah porang menimbulkan rasa gatal di kulit. (gambar di atas)
          Semoga membantu.

          Monday, December 8, 2008

          Porang - Simbol Kegigihan Lokal

          Insight menjelang sholat iedul qurban 2008: 
          Seandainya ada organisasi pengusaha Indonesia yang merencanakan mengganti logo organisasi mereka. Dengan semangat saya menjagokan maskot baru : Porang !!


          Seharusnya tidak dianggap berlebihan. Seorang pengusaha, sebagaimana sering didoktrinkan, bukanlah diukur dari berapa kali mengalami keberhasilan, tetapi berapa kali mengalami kegagalan dan bangkit kembali. Dogma ini bukan hanya untuk terus memacu semagangat pengusaha dan calon pengusaha untuk pantang menyerah, tetapi juga menjadi pembeda antara pengusaha dan karyawan(nya). Dalam kondisi apapun, ketika seseorang yang memilih jalur wirausaha sebagai jalan hidupnya, harus siap untuk gagal dan lebih siap lagi untuk bangkit kembali, tanpa pernah menyerah. Pengusaha juga harus mencari terobosan-terobosan baru untuk dia muncul ke permukaan melampaui semua masalah dan kompetitor.


          Back to porang. Pernah saya sampaikan tentang umbi porang yang tetap bertahap meskipun bagian umbinya 'krowak' dan tetap tumbuh. Ternyata itu belum apa-apa, bukti terbaru mengenai porang ini sangat membanggakan. Ketika tidak semua batang tanaman porang tumbuh sempurna, ada satu batang yang tunas muncul dari umbinya mengarah ke bawah, bukan ke atas seperti tanaman kebanyakan. Rupanya dia kehilangan orientasi atas-bawah dan bingung untuk menemukan udara bebas di permukaan tanah. Tanpa sengaja kami menemukan kejanggalan tersebut dan mengangkat batang porang yang panjangnya lebih dari 40cm ke permukaan. Tetapi sayang, batang tersebut menjadi tertekuk dan cacat, hingga akhirnya mati dengan batang pohon masih menempel pada umbinya.


          Tak lama berselang, dari titik tumbuh umbi tersebut, keluar tunas berukuran sebesar batang yang sudah mati tadi, dan muncul menjadi tanaman baru. Subhanallah.. luar biasa..

          Monday, November 24, 2008

          Porang vs Suweg, Bukan saudara kembar..


          Meski judul di atas terlihat profokatif, bukan berarti saya bermaksud membenturkan kedua komoditi tersebut. Saya ingin memaparkan data data fisik yang menjadi ciri khas yang membedakan kedua tanaman ini. Beberapa kali saya temui rekan yang menganggap suweg sebagai porang yang bernilai ekonomis tinggi.

          Sampai saat ini saya cukup bisa memahami kenapa begitu sulit mengajak teman, saudara atau kenalan, apalagi yang tidak kenal - untuk beramai-ramai membudidayakan Porang di kebun mereka yang menganggur karena tidak bisa ditanami dengan tanaman palawija atau tanaman pangan yang membutuhkan sinar matahari langsung.
          Ada lagi alasan yang menyebabkan pemaparan saya mengenai potensi ekonomis porang kurang mereka minati (mungkin loh), adalah mereka menganggap suweg sama dengan Porang. Jadi mereka pikir tidak masuk akal jika makanan desa tersebut bisa laku dijual mahal.
          Satu lagi alasan keengganan menanam Porang adalah, umbi tanaman ini tidak bisa langsung dikonsumsi, sementara jika dibandingkan dengan suweg, dengan sekedar direbus saja sudah bisa dimakan sebagai pengganti nasi.

          Suweg bukan porang, begitu pula sebaliknya. Yang sering membingungkan adalah, karena nampak fisik luarnya 80% mirip. Tetapi meski begitu, kita masih memiliki kesempatan 20% untuk mengenali perbedaan diantara keduanya.

          1. Keduanya memiliki daun yang 100% sama. Bentuk menjari, pangkal daun 3, kadang daun berwarna hijau cenderung gelap, kadang juga hijau cerah. Tetapi daun porang masih bisa kita kenali dengan melihat titik pangkal daunnya, pada tempat itu akan terlihat bulatan kecil berwarna hija cerah hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil, titik tersebut mulai terlihat sejak tanaman berusia kurang lebih 2 bulan. Titik bulbil tersebut sangat kentara, jadi tidak perlu khawatir salah. Lebih jelas lagi pada tanaman dengan usia lebih dari satu tahun, karena titik pertumbuhan bulbil lebih banyak lagi, pada pangkal daun yang bercabang menyebar di banyak tempat.

          2. Keduanya memiliki batang yang sama, berwarna hijau cerah dengan totol-totol putih. Tapi tunggu dulu, cobalah meraba batang tersebut dengan seksama. Tidak akan terlalu lama untuk memastikan bahwa salah satunya bertekstur kasar, sedang yang lainnya halus mulus. Batang yang halus inilah yang merupakan batang tanaman Porang, tidak akan salah.

          3. Ketika umbi sudah dipanen, lihatlah kondisi fisik luarnya. Jika umbi memiliki titik-titik percabangan umbi, seperti terlihat berupa benjolan ke samping, maka pastilah itu umbi suweg, karena umbi porang berupa umbi tunggal. Lalu irislah sedikit umbinya, semakin terlihat dengan jelas perbedaan umbinya. Karena umbi suweg berwarna putih kadang cenderung berwarna ungu atau merah jambu, sedangkan umbi porang kuning cerah (ingat bendera partai Golkar? tidak akan salah lagi, warnanya seperti itu). Tetapi akan ada sedikit masalah jika anda menemui umbi berwarna kuning cerah, tetapi ada benjolan titik tumbuh, di beberapa daerah menamai umbi semacam itu dengan nama walur, dan bisa dipastikan itu bukan porang, karena serat umbinya kasar, sedangkan porang serat umbinya halus nyaris tak terlihat, hanya berupa titik-titik saja.

          Baik, demikian paparan saya, semoga kita tidak salah lagi.

          Monday, November 10, 2008

          Pematang - Cara penanaman dengan double impact

          Karakter umbi Amorphophallus Muelleri / Onchophillus adalah berkembang secara horizontal, melebar ke samping. Umbi ini terbentuk pada pangkal batang semu pada akhir musim penghujan, semakin mengembang, seiring dengan mengeringnya batang semu tersebut, menyimpan seluruh sari pati makanan ke dalam umbi yang merupakan batang asli, untuk cadangan selama masa dormant di musim kemarau.

          Dengan cara penanaman konvensional (dan mungkin pernah saya utarakan di bagian lain blog ini juga), akan ditemui kesulitan untuk menemukan umbi yang batang semunya sudah mati. Karena meski tanah sedikit terangkat (membentuk gundukan), bagi orang-orang yang belum terbiasa akan kesulitan membedakannya dengan kondisi tanah di sekitar umbi. Jika tanah digali dengan cangkul secara sembarangan / acak, bisa berpotensi menyebabkan umbi tercangkul. Dimana jika umbi tidak utuh lagi, masa simpan akan lebih pendek.

          Untuk mengantisipasi hal ini, penanaman iles-iles bisa dilakukan dengan menggunakan pematang, yaitu media tanam dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Jika penanaman dilakukan di lahan produksi dengan jarak tanam yang disarankan sebesar 50 cm x 100 cm, dimana 100 cm adalah jarak antar puncak pematang, dan lebar pematang mencapai 50 cm, dipisahkan parit sedalam kurang lebih 40 cm. Agar tunas porang yang tumbuh cepat mencapai permukaan tanah, kedalaman penanaman disarankan sebesar 3 - 4 kali ketebalan umbi. Misalnya ketebalan umbi / bibit 5 cm, maka bibit ditanam maksimal sedalam 20 cm. Karena tunas yang tidak segera bisa mencapai permukaan, bisa beresiko membusuk di dalam tanah.

          Dengan cara ini, ada dua keuntungan yang bisa diperoleh. Pertama memudahkan untuk mengidentifikasi titik tanam dan mempermudah pemanenan. Kedua, parit akan membantu air lancar mengalir, menghindarkan umbi membusuk sebelum tumbuh, terlebih pada daerah dengan curah hujan yang tinggi.

          Metoda ini, selain cocok untuk lahan produksi, juga bisa diterapkan pada lahan persemaian. Hanya tinggal melakukan pengaturan jarak dan ukuran pematang, juga kedalaman lobang tanam.

          Saturday, November 1, 2008

          Biji Porang - Alternatif Memperbanyak Bibit



          Pada awal tanaman porang berbunga, memang mengesankan, karena keindahan tampilannya. Sayang keindahan tersebut tak bertahan lama, hanya selang sekian hari setelah bunga mekar sempurna, maka segera kuntumnya kering dan layu, berganti dengan bonggol buah dengan biji-biji kecilnya.

          Yang perlu diperhatikan adalah jika tanaman Porang kita banyak yang berbunga, sebenarnya ada sedikit kerugian pada hasil umbi tanaman yang berbunga tersebut, yaitu perkembangan umbinya tidak bisa optimal, karena makanan yang dihasilkan dikonversi menjadi bunga, kemudian buah dan biji.

          Satu buah porang bisa menghasilkan kurang lebih 250 biji, tapi hanya sekitar 40%nya saja yang bisa tumbuh, tergantung kondisi lingkungan dan tingkat kematangan buah. Cukup menggiurkan untuk perbanyakan bibit. Tetapi tanaman porang baru mulai berbunga ketika sudah menginjak usia cukup "dewasa", yaitu 3 tahun atau lebih, padahal kita berharap Porang sudah bisa dipanen pada usia maksimal 2 tahun, dengan mengoptimalkan pemupukan.

          Berbekal beberapa tangkai bunga Porang hadiah dari Pak Agung di Trenggalek, saya coba mengikuti petunjuk beliau untuk menyemaikan biji porang.


          Biarkan buah dan biji melekat di tangkainya. Sampai ketika biji sudah rontok dengan sendirinya, artinya cukup matang untuk tumbuh pada musim berikut.


          Siapkan media tanam, bisa berupa pasir halus, atau tanah. Harus terlindung dari sinar matahari langsung, tetapi harus dipastikan air hujan bisa membasahi media tanam tersebut. Sebarkan biji-biji secara merata,a rtinya tidak bertumpuk-tumpuk, dengan harapan kalau mereka tumbuh tidak saling bertabrakan.


          Biarkan saja bibit tersebut, ketika musim hujan tiba dengan sendirinya tunas-tunas baru akan bermunculan. Ketika semaian sudah cukup besar, tinggi kira-kira 10 - 15 cm, waktunya untuk memindahkan mereka ke lokasi tanam yang sesungguhnya. Yang perlu dicatat, umbi panenan dari semaian biji, belum cukup besar untuk dipanen, karenanya, metode ini hanya untuk memperbanyak bibit pada musim berikutnya.

          Monday, October 27, 2008

          Exotic Petals - Kembang Indah di Kebun Jati

          Kebun jati menjadi perhatian utama saya, apalagi ketika hujan sudah semakin rutin berkunjung. Berharap-harap cemas akan perkembangan tanaman iles-iles kuning / porang yang benihnya saya tebarkan dengan penuh pengharapan.
          Yang saya temukan adalah kejutan...

          Diawali dengan tongolan "kuku bima" sebesar jempol anak saya.
          Selanjutnya makin panjang menjulang..


          Hingga ujung "tower" terbelah, membentuk bakal helaian bunga..



          Mulai terbentuk bunga, dari kuncup hingga perlahan-lahan mengembang..




          Dan akhirnya terbentuk bunga sempurna. Dalam waktu dekat Insya Allah bisa kita nikmati kebun bunga di kebun jati saya..padahal kita semua tahu, saya nanamnya porang.. He he..

          Tuesday, October 21, 2008

          Membangun Kapasitas, Merajut Trust

          Sungguh menyenangkan, dari sekian bulan tulisan-tulisan saya publikasikan melalui blog yang sekadarnya ini, telah memperoleh respon dari para praktisi bisnis terhadap rangkaian tulisan saya. Beberapa orang menyatakan ketertarikannya dengan sharing hal-hal hebat - yang belum pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya.

          Seorang bapak di tangerang, menyatakan telah membina petani di daerah Serang dan Purwodadi. Bapak yang lain, menelepon saya malam-malam menyatakan memiliki binaan di daerah Kendal, yang beralih ke Porang karena lahan petani binaannya kian hari semakin tertutup naungan daun pohon tegakan. Ada juga yang mengontak saya dari Banyuwangi, Gresik, Jember, dan lain-lain.

          Yang cukup membanggakan adalah, rasanya potensi yang selama ini seakan-akan tenggelam, karena simpang-siur informasi serapan pasar dan jalur pemasaran, ketidak tahuan atas jenis yang diperdagangkan, telah mengerucut dan semoga bisa menjadi solid dengan informasi yang valid, beserta data pendukung, dan fakta di lapangan. Kontak-kontak yang saya miliki akan menjadi basis jaringan produksi, dengan kapasitas yang jauh lebih besar, dibanding dengan jika berjalan sendiri-sendiri.

          Informasi-informasi yang disajikan dalam blog ini, diharapkan bisa memberikan gambaran yang lebih pasti, bahwa pasar porang benar-benar ada. Untuk menghindarkan para pemain baru dari permainan harga para spekulan - yang seringkali sama sekali tidak mengenali produk yang mereka minta - tetapi permintaan tersebut akan menciptakan demand semu yang beresiko pada kenaikan harga yang gila-gilaan pada level broker, yang ujungnya bsia mematikan pasar sendiri.

          Perlu diiingat juga, ketika kapasitas produksi telah berhasil kita tingkatkan, ada masanya ketika pasar akan menjadi lebih selektif - tentunya pasar akan memilih pasokan dengan kualitas yang lebih standard dan konsisten. Karena itu, mulai dari sekarang senyampang budidaya baru dimulai, mari kita mulai mempersiapkan kualitas terbaik yang bisa kita berikan. Dengan cara komitmen menentukan parameter-parameter produksi, dan konsisten dalam implementasinya.

          Saturday, October 18, 2008

          Porang, Mighty but Simple

          Air hujan dan musim penghujan menjadi idaman bagi petani porang. Karena menjadi penanda dimulainya harapan baru, dimana bibit porang bersemi. Diawali dengan tunas memerah pada umbi porang, lalu batang tunggal porang menembus permukaan tanah dengan helaian daunnya yang menguncup. Dan selang beberapa hari, mengembanglah tajuk daun porang, membentuk batang yang sempurna.

          Karena baru mulai menanam tahun ini, saya benar-benar menghayati betapa exciting nya saya sebagai petani mengikuti pertumbuhan 'bayi' yang baru tumbuh ini. Setiap hari helaian daun saya belai, mencari-cari jika hal-hal baru muncul. atau sekedar mengelap permukaannya dari debu atau kotoran yang menempel, konyol memang, tapi rasa yang membuncah tidak bisa diabaikan.

          Dari pengalaman, sejauh ini porang adalah tanaman yang sederhana. Karena sama sekali tidak memerlukan perawatan, bahkan pemupukan adalah hal yang mewah bagi dia. Dia juga tanaman yang perkasa, karena - sejauh ini - belum diketahui hama yang bisa menyebabkan porang tidak sehat hingga mati. Dalam habitat aslinya - di hutan-hutan - porang tumbuh liar tanpa sentuhan pupuk ataupun insektisida.

          Tetapi seperti kita tahu, pemberian pupuk sangat banyak bermanfaat untuk mempercepat perkembangan porang, terutama mensiasati siklus hidup porang yang rata-rata 6 bulanan. Sehingga masa panen porang yang secara alamiah baru tercapai pada tahun ketiga dengan berat individual umbi melebihi 2 kg, bisa dipercepat.

          Thursday, October 9, 2008

          Zapp..Bibit Porang pun Bersemi..


          Hujan yang mengguyur Wonogiri dan sekitarnya sudah semakin sering, curah hujan pun lumayan tinggi. Bisa dipastikan musim hujan sudah dimulai, jadi anda yang punya rekening langganan banjir, silahkan bersiap-siap perahu karet dan truck kontainer kalau sewaktu-waktu harus pindahan. Meski di sisi lain, hujan adalah berkah dan selalu diharap-harap oleh petani seperti saya.
          Meski sebenarnya tanda-tanda hujan sudah mulai terlihat sejak pertengahan bulan agustus dengan tunas umbi porang yang berwarna kemerah-merahan, ada yang bikin saya surprise awal minggu ini.
          Sewaktu menanam porang di kebun jati tempo hari, ada sebagian umbi katak yang disimpan dan sama ibu saya dilempar ke pot bunga. Maksudnya ditanam di rumah untuk dilihat perkembangannya sewaktu-waktu, tentu saja berbeda dengan kalau melihat ke kebun, karena tidak bisa setiap saat ngechek.
          Nah, karena kapan dan dimana umbi katak tersebut dilempar, saya tidak tahu dan tidak memperhatikan perkembagannya, justru ibu saya yang memberi tahu, tanamanmu sudah tumbuh..
          Dan di pot bunga, jadi satu dengan tanaman yang lain, sebatang tanaman porang tegak bersemi, setinggi kurang lebih 25 cm, helaian daunnya masih belum membuka dengan sempurna. Sayang waktu itu saya tidak membawa kamera - sekedar mengabadikan pertumbuhannya.
          Baru tadi pagi, saya sempat memotretnya, ketika daunnya sudah terbuka , sekilas seperti daun ganja.. he he..
          Saya juga belum ke kebun, untuk melihat apakah bibit yang di sana sudah tumbuh. Semoga saja..

          Saturday, September 27, 2008

          Mudik - Silaturahim - Hunting Lokasi Budidaya

          Dalam beberapa tulisan saya terdahulu, saya sampaikan untuk budidaya porang, memerlukan lahan dengan spesifikasi khusus baik mengenai tekstur tanah, tanaman tegakan, aliran air, maupun kondisi musim tanam hingga panen.
          Juga sudah saya sampaikan perhitungan investasi yang diperlukan untuk mempersiapkan lahan, bibit, pupuk, maupun tenaga kerja penanaman hingga panen dan pasca panen.
          Tetapi di luar itu semua, satu hal yang cukup saya pahami adalah, para pembaca tulisan-tulisan di blog saya ini adalah orang-orang kota, profesional kerah putih, ataupun pebisnis - yang tidak terbayang di lahan mana anda bisa memulai budidaya porang, seperti yang saya paparkan sebelumnya.
          Lebaran kali ini, haruslah menjadi momen yang istimewa buat anda, yang berminat untuk berinventasi dalam budidaya porang. Kenapa begitu ?
          Dalam momen mudik lebaran, anda berkesempatan untuk berkunjung ke keluarga di desa - dengan kondisi lingkungan, lahan, tanaman tegakan yang lebih mungkin tersedia - daripada di kota.
          Temukan lahan dengan kondisi yang sesuai, syukur-syukur milik famili sendiri, sehingga nantinya hitung-hitungan bagi hasil tidak terlalu rumit.
          Ketika sudah menemukan, jangan lupa untuk melakukan prospek, dengan mengenalkan tanaman baru ini - bisa jadi mereka belum mengenal porang sebagai tanaman budidaya bernilai ekonomi tinggi - potensi penjualan, teknologi tanam, dan pasca panen, serta pemasarannya.
          Ingat, keuntungan ekonomis semata bukan target akhir dari proyek anda, tetapi lebih jauh lagi adalah simbiosis mutualisme antara anda sebagai investor dengan mereka sebagai pemilik lahan dengan tanaman keras yang produktif dalam waktu lama.
          Selamat berburu - dan berbisnis.. Selamat lebaran.. !!

          Monday, September 15, 2008

          "Virus Porang" - Strategi untuk Menjamin Pasokan dari Lahan Sempit Anda

          Permasalahan niaga porang yang mulai kritis dan mendesak untuk ditangani adalah, ketersediaan pasokan, baik secara jumlah maupun kontinuitas stock. Dari artikel di http://www.kapanlagi.com/h/0000181669.html, terungkap permintaan pasar luar negeri sebesar 104 ton baru bisa dipenuhi 24 ton, pada tahun 2007. Kalaupun tahun 2008 ini kapasitas sudah meningkat, rasanya tidak lebih dari 48ton (200% dari kapasitas tahun 2007), itupun baru mencukupi 46% permintaan dan dengan asumsi permintaan pasar tidak meningkat lagi. Selain artikel di atas, telepon/sms/email yang masuk, cukup membuktikan tingginya demand saat ini.

          Mengingat musim panen hanya 3-4 bulan dalam satu tahun dengan kapasitas jauh di bawah permintaan, saya rasa sekaranglah waktunya untuk menyebarkan "virus porang". Tujuan ganda dari virus ini adalah, menjamin pasokan porang dengan harga yang logis (ingat, demand tinggi sementara supply kurang, bisa menciptakan harga semu, dan jika harga sudah tidak masuk akal, kompetitor dari China, Thailand dan India pasti dengan mudah mengisi pasar), yang kedua adalah - tentu saja - aspek sosial yaitu perekonomian petani sebagai penggarap dan pemilik lahan bisa meningkat.

          Cara menyebarkan virus ini, tidak terlalu rumit. Di tahun pertama, gunakan seberapapun lahan yang anda miliki, asal memenuhi persyaratan tanam, belilah bibit secukupnya, dan tanamlah di lahan anda. Sambil menanam - ini yang paling penting dari penyebaran virus ini - jawab pertanyaan dari para petani tentang apa yang anda tanam, bagaimana potensi penjualannya, dan sebagainya, point utama yang harus disampaikan adalah harga lebih tinggi dari gaplek kering (sekarang ini harga gaplek terakhir adalah Rp 1.050/kg - sementara porang basah anda beli seharga Rp 1.250 pun anda sudah untung), dan pada musim mendatang anda bisa memberikan mereka bibit sekaligus membeli hasil panen mereka. Petani hanya perlu menyediakan lahan, pupuk kandang, menanam dan memanen porang.

          Di musim depan, pastikan anda bisa mencukupi permintaan bibit, sehingga anda bisa memberikan bibit katak/bulbil hasil dari panenan anda sendiri kepada petani. (sementara anda sudah panen umbi dan buktikan kalau laku hasilnya laku dijual). Musim berikutnya, beli panenan mereka (berapapun ukuran umbi yang dihasilkan dari katak), sortir , yang cukup besar silahkan dirajang menjadi chips (tetapi biasanya usia 1 tahun belum cukup besar), yang masih kecil siap untuk bibit umbi. Pada saat ini, katak/bulbil dari petani tidak perlu anda beli, karena katak tersebut yang bisa mereka gunakan untuk bibit, tanpa anda beri lagi.

          Sedangkan umbi kecil dari petani pertama, anda berikan kepada petani lain, gratis, untuk ditanam di lahan mereka, dengan syarat harus dijual kembali kepada anga. Sementara petani yang pertama tadi sudah memiliki katak untuk ditanam.

          Begitu seterusnya. Dengan metoda bibit bergulir semacam ini, paling tidak anda sudah menularkan "Virus Porang" kepada para petani di daerah anda. Dan mulai akhir tahun kedua, Insya Allah, pasokan porang anda sudah cukup banyak,ajeg dan terus berkembang melebihi kapastias lahan yang anda miliki sendiri.

          Tuesday, September 9, 2008

          Sebuah Impian - Membangun Kemitraan Petani - Corporate

          Gara-gara iklan saya di Indonetwork belasan orang mengontak saya, baik via telepon, SMS, atau email, menanyakan stok keripik porang. Terakhir kemarin sore, seorang bapak yang mengaku memiliki pabrik pengolahan konnyaku di Surabaya menelepon menanyakan stok yang saya punyai. Beliau menyebutkan harga beli chips yang bisa diterima - masih di bawah harga terakhir saya menjual ke pengepul - berikut "peraturan-peraturan" kualitas untuk bisa diterima. Sekilas mendengar peraturan beliau, saya yakin tidak bisa memenuhi kriteria yang ditentukan - karena standard kualitas yang diminta agak aneh, yaitu setelah kering hasil chips porang harus berwarna kuning. Selama ini - setahu saya - baik dengan pemanasan matahari atau dengan oven, hasilnya sama-sama putih cerah. Jadi bagi saya, hasil chips porang bewarna kuning setelah kering, adalah hal yang baru, kalau ada pembaca yang lebih tahu mungkin bisa share.

          Terlepas dari konteks pembicaraan di atas, bulan-bulan ini sudah cukup jauh waktunya dengan musim panen porang di bulan Mei - Juli. Sebenarnya panen bukan dengan patokan bulan tersebut, tetapi lebih tepat jika ditandai dengan permulaan musim kemarau dimana batang porang layu dan mengering. Jadi saat ini pun, jika masih ada umbi porang yang belum dipanen, masih bisa dilakukan pemanenan sekaligus menjemurnya di bawah terik matahari - tetapi hati-hati, karena hujan sesekali sudah turun.

          Mengingat rendahnya kapasitas produksi kita pertahun, sudah sangat mendesak untuk memperluas Dan mengintensifkan budidaya porang di lahan-lahan yang sesuai. Tarik ulur yang terjadi adalah, warga sekitar hutan, tidak akan pernah cukup uang untuk membeli bibit. Terlihat bahwa mereka berada dalam jebakan kemiskinan turun temurun yang tidak akan pernah ada solusinya.

          Di tengah gencarnya perusahaan-perusahaan besar membangun brand image dengan meluncurkan berbagai program Corporate Social Responsibility, saya kira inilah waktu yang tepat untuk membangun jembatan CSR tersebut ke pintu yang tepat, sehingga bantuan yang diberikan bisa menumbuhkan kemandirian.

          Kemungkinan lain misalnya dengan cara inti - plasma. Perusahaan-perusahaan consumer goods yang menggunakan konnyaku sebagai bahan baku, bisa memperoleh pasokan yang kontinyu, kualitas terjaga Dan yang pasti dengan harga murah. Dengan cara membina petani plasma di kantong-kantong sekitar hutan,dengan menjamin penyediaan bibit, pupuk, dan jaminan penyerapan hasil panen.

          Dalam kalkulasi saya, dari satu hektar lahan, bisa dihasilkan sampai 3,5 ton tepung konnyaku dalam satu kali panen. Dimana biaya investasi akan kembali sejak tahun pertama panen, dengan keuntungan akan tumbuh sampai 600% di tahun kedua. Nah siapa yang akan memulai?

          Wednesday, August 27, 2008

          Well Known Commodity - Konjac Usage

          Konjac or already known on previous articles as Porang / Iles-iles is grown in China, Japan, Korea and South East Asia for its large starchy corm, used to create a flour and jelly of the same name. It is also used as a vegan substitute for gelatin.
          In Japanese cuisine, konnyaku appears in dishes such as oden. It is typically mottled grey and firmer in consistency than most gelatins. It has very little taste; the common variety tastes vaguely like salt. It is valued more for its texture than flavor.
          Japanese konnyaku jelly is made by mixing konnyaku flour with water and limewater. Hijiki is often added for the characteristic dark color and flavor. Without additives for color, konnyaku is pale white. It is then boiled and cooled to solidify. Konnyaku made in noodle form is called shirataki (see shirataki noodles) and used in foods such as sukiyaki and gyudon.
          Japanese historical novelist Ryotaro Shiba claims in a 1982 travelogue that konjac is consumed in parts of Sichuan province; the corm is reportedly called moyu (魔芋), and the jelly is called moyu dofu (魔芋豆腐) or shue moyu (雪魔芋).
          The dried corm of the konjac plant contains around 40% glucomannan gum. This polysaccharide makes konjac jelly highly viscous.
          Konjac has almost no calories but is very high in fiber. Thus, it is often used as a diet food.

          Konjac Products

          Konjac can also be made into a popular Asian fruit jelly snack, known in the U.S. as konjac candy, usually served in bite-sized plastic cups.
          After a series of choking deaths and near-deaths among children and old people who accidentally inhaled unchewed whole Konjac fruit jelly portions, there were FDA product warnings[1] in 2001 and subsequent recalls in the U.S. and Canada. Unlike gelatine and some other commonly used gelling agents, Konjac fruit jelly does not melt on its own in the mouth. The products that were then on the market formed a gel strong enough such that only chewing, but not tongue pressure or breathing pressure, could disintegrate the gel. The products also had to be sucked out of the miniature cup in which they were served and were small enough such that an inexperienced child could occasionally accidentally inhale them. Konjac fruit jelly was subsequently also banned in the European Union.
          Some konjac jelly snacks now on the market have had their size increased so that they cannot be swallowed whole. The snacks usually have warning labels advising parents to make sure that their children chew the jelly thoroughly before swallowing.
          Re-published with minor edit from : http://en.wikipedia.org/wiki/Konnyaku

          Tuesday, August 26, 2008

          Lomba Porang - Kompetisi Telah Dimulai

          Kompetisi unik yang diselenggarakan para pelaku dan pemerhati bisnis Porang. Unik karena pertama dan satu-satunya di Indonesia, malah mungkin di dunia. Menarik, karena bisa menjadi upaya mengkampanyekan komoditi yang ramah lingkungan, potensial dan minim resiko.

          Sumber :
          http://www.unit2.perumperhutani.com
          LMDH WONOJOYO LANGGENG JOMBANG, JUARA SATU LOMBA PORANG TERBESAR
          Print E-mail
          Written by Djel
          Friday, 18 July 2008
          Mendengar Lomba Porang mungkin terasa asing ditelinga masyarakat umum, namun itulah yang terjadi Rabu (9/7) di KPH Madiun. Sebanyak 35 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di seluruh wilayah Jawa Timur, unjuk kebolehan dengan memamerkan porang terbesar dari daerahnya.

          Lomba porang yang di prakarsai oleh Biro Pembinaan dan Konservasi SDH Unit II Jatim, memperebutkan hadiah total senilai Rp.9 juta rupiah yang dibagi dalam enam kelompok pemenang. Dengan kriteria penilaian meliputi berat, besar, kondisi fisik, dan administrasi bahwa porang tersebut benar-benar berasal dari wilayahnya, yang dibuktikan dengan surat rekomendasi dari KRPH dan Asper diwilayahnya.
          Setelah melalui penilaian yang sangat ketat oleh Juri yang terdiri dari pakar porang, Soekamo dari KPH Saradan, Ir. Bambang D dari Dinas Kehutanan Propinisi Jawa Timur, dan Doni PS Pemerhati Porang dari Majalah Penjebar Semangat. Ketiga juri tersebut sepakat bahwa Porang seberat 13 kg milik LMDH Wonojoyo Langgeng dengan kondisi fisik bagus itu adalah Porang terbesar dan terberat diantara Porang-Porang yang diikutkan lomba. Berdasarkan administrasi yang ditetapkan, Porang tersebut berasal dari petak 78a RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang, yang akhirnya dinobatkan sebagai juara satu dan berhak mendapat hadiah uang pembinaan sebesar Rp.3,5 juta.

          Lomba Porang yang dibuka oleh Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Ir. Tedjo Rumekso, dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin, Bupati Madiun yang diwakili oleh Sekretaris Kab. Madiun Ir. Soekiman, MSi.

          Dihadapan para kuli tinta, Ir. Tedjo Rumekso, mengatakan bahwa lomba Porang ini untuk mendorong dan memotivasi para LMDH untuk terus berkembang, karena industri porang bertumbuh bukan berkurang, tapi justru bertambah artinya porang mempunyai prospek yang sangat tinggi, sebelumnya informasi porang memang sangat lemah, tetapi sekarang sudah mulai terbuka, dan itu terbukti bahwa pengusaha porang sekarang banyak didatangi oleh pembeli-pembeli dari luar negeri untuk melakukan deal tentang ekspor porang”, ujarnya.

          Menurut Tedjo saat ini potensi luas lahan untuk tanaman porang di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur kurang lebih 400 ribu ha, dari lahan seluas itu yang sudah ditanami porang baru sekitar 24.258,6 ribu ha, sedangkan yang sudah berproduksi kurang lebih 15 ribu ha.

          Ditempat yang sama Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin mengatakan bahwa Lomba Porang ini adalah yang pertama kali didunia. Lomba yang dilatarbelakangi oleh semakin bertumbuhnya industri porang dikawasan hutan, Agus berharap, dari budidaya porang tersebut dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar hutan (Djel)


          Daftar Juara Lomba Porang Selengkapnya


          No. Urutan Juara LMDH Asal Porang Berat (Kg)
          1 Juara I Wonojoyo Langgeng Pt.78a, RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang 13,2
          2 Juara II Pandan Asri Pt. 94, RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan 12,8
          3 Juara III Wono Salam Pt. 72a RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun 11,8
          4 Juara Harapan I Sumber Wana Lestari Pt. 153c, RPH, Piji, BKPH Tulung, KPH Saradan 9,8
          5 Juara Harapan II Wono Lestari Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 8.0
          6 Juara Harapan III Sobo Wono Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 7,9

          Monday, August 25, 2008

          The Rising Business Commodity

          Mencermati iklan internet, baik di situs perdagangan, iklan baris, forum, blogs berbahasa Indonesia, maupun situs-situs resmi institusi pemerintah - seperti perhutani dan pemda, saya berani menyimpulkan bahwa semakin banyak mata tertuju ke bisnis dan budidaya porang/Iles-iles. Tanaman bernama latin Amorphophallus Onchophillus ini layak dimasukkan dalam kriteria the rising business commodity.

          Meskipun menurut informasi dari pelaku budidaya porang di KPH Saradan, mereka sudah memulai budidaya porang secara mandiri sejak tahun 80an, pola kemitraan, pembinaan dan MOU dengan Perhutani sebagai pemilik lahan baru dilakukan mulai tahun 90an. Dalam kerjasama tersebut Perhutani mengambil keuntungan dari kelestarian hutan produksi yang menghasilkan kayu - produk utama Perhutani - yang turut dijaga oleh warga pesanggem dari sekitar hutan, dalam wadah LMDH.

          Internet memberikan dampak luar biasa sebagai sarana komunikasi dan jalur informasi bisnis - bahkan untuk bisnis berbasis agroforestry sekalipun. Ditandai dengan artikel di situs trubus-online pada edisi Juni 2007, yang mengupas bisnis porang secara budidaya yang dilakukan oleh LMDH Klangon Saradan Jawa Timur dan di Makasar yang dilakukan dengan "meramu" - memanen langsung porang yang tumbuh liar di hutan. Sejak itu terlihat perkembangan yang luar biasa. Informasi mengenai porang/Iles-iles begitu booming di internet.
          Situs bisnis indonesia - indonetwork.co.id mencatat pengiklan yang bergabung dan menawarkan porang baik dalam bentuk basah maupun kering, bermunculan sejak Agutus 2007. Tercatat pelaku-pelaku bisnis dari Kendal, Semarang, Purwodadi, Kudus, Pati,Solo, Sukoharjo di Jawa Tengah, dan dari Madiun, Trenggalek, Pacitan, Jombang, Jember, Banyuwangi, Surabaya di Jawa Timur. Sedangkan dari area barat terlihat pelaku dari Bandung, Tasikmalaya, hingga Aceh, yang terlihat turut meramaikan bursa di internet dengan penawaran jual / beli komiditi tersebut.

          Melihat potensi ini, alangkah baiknya jika dilakukan pertemuan atau paling tidak pembicaraan dalam semacam asosiasi. Yang paling utama adalah bersama mengangkat Porang / Iles-iles sebagai komoditas unggulan yang potensial, kemudian memperkuat basis budidaya, memperbesar kapasitas produksi, membuka peluang-peluan pasar baru, dan bahkan - bukannya tidak mungkin - memperbaiki posisi tawar terhadap buyer.

          Friday, August 22, 2008

          Budidaya Porang di Lahan Perorangan - Simbiosis Mutualisme


          Menurut istilah, simbiosis mutualisme adalah hubungan dua pihak atau lebih yang saling menguntungkan. Keuntungan yang diberikan bisa berupa keuntungan langsung, maupun tidak langsung. Tetapi tetap saja ada keuntungan yang bisa diambil oleh masing-masing pihak. Dalam buku-buku teks, seringkali dicontohkan hubungan antara kerbau dengan burung jalak – sering dikenal dengan jalak kerbau. Dimana burung jalak memakan kutu di punggung atau kulit kerbau. Dalam hubungan ini si burung jalak memperoleh makanan, sebagai pengobat lapar, sedangkan di kerbau memperoleh keuntungan karena gangguan yang ditimbulkan oleh kutu – otomatis hilang karena si kutu sudah dimakan burung. Sepertinya cerita seperti ini, sudah susah sekali dipahami orang apalagi anak-anak jaman sekarang.Bisa dihitung berapa anak kota yang bisa membedakan kerbau sama kambing, apalagi mengerti yang namanya burung jalak.

          Hutan rakyat atau lahan perorangan yang ditanami dengan tanaman keras, biasanya memang ditanam dengan tujuan akan dipanen kayunya, seperti jati, sengon, mahoni dan sebagainya. Perawatan yang diberikan kepada tanaman ini minim sekali, paling banter adalah menimbun pupuk di pangkal pohon jati, atau mencangkul tanah di sekitar pohon untuk ditimbunkan di pangkal pohonnya. Karena untuk melakukan hal-hal tersebut, pasti diperlukan usaha khusus, seringkali tanaman dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, hingga waktunya dipanen.

          Budidaya porang memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi porang dari sinar matahari langsung. Sebenarnya, kerapatan pohon atau keteduhan daun lahan yang akan ditanami tidak harus terlalu rapat dan keteduhan yang diberikanpun hanya minimal sekali, yang penting, pada saat matahari terik bersinar di tengah hari, daun porang bisa terlindung dari sinarnya. Karena jika tidak, daun akan layu dan tanaman tidak akan tumbuh optimal, bahkan mati.

          Porang yang dibudidayakan di hutan rakyat atau lahan perorangan, disarankan untuk ditanam dalam galian dengan ukuran tertentu, diberikan pupuk – terutama pupuk kandang dengan komposisi tertentu dan diperlukan sesekali penyiangan terhadap rumput gulma.

          Tanah yang digali untuk ditanami, menyebabkan tanah kaya oksigen dan membuatnya menjadi gembur. Pupuk yang diberikan untuk porang, secara tidak sengaja – sebagian akan ikut terserap oleh perakaran tanaman tegakan, sehingga baik porang maupun tanaman tegakannya akan memperoleh manfaat dari pupuk tersebut. Penyiangan rumput di sekitar tanaman porang tentu saja akan menghilangkan gangguan – mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan penganggu. Jadilah, pola penanaman tumpangsari porang di bawah tanaman tegakan akan bekerja simbiosis mutualisme antara pemilik lahan dengan petani porang, layaknya kerbau dengan burung jalak.

          Wednesday, August 20, 2008

          Porang - Surviving Seed


          Tanaman Porang dan keluarganya, bisa dijadikan simbol tanaman pangan dengan semangat juang tinggi. Disamping tidak terlalu menuntut persyaratan lingkungan yang berlebihan, ada hal menarik yang bisa diamati dari alat perkembang-biakannya.

          Katak / Bulbil porang, di seluruh permukaan kulitnya memungkinkan untuk tumbuh tunas sebagai batang baru. Dari pengamatan, bahkan jika katak tersebut terpotong hingga tinggal 20% sekalipun, asal tidak busuk selama musim kemarau, maka jika masa tumbuh tiba, masih memungkinkan untuk muncul tunas, dan berkembang menjadi tanaman normal.

          Begitu juga untuk umbi porang sendiri, selama tidak busuk dan titik tumbuhnya masih ada, tetap akan bisa tumbuh lagi.

          Thursday, August 14, 2008

          Tanaman Porang - Kenali Dia

          Kenali dirimu sendiri, lalu kalahkan musuhmu , Pakar Perang Sun Tsu pernah bilang gitu, dan sering dikutip para penulis. Mungkin kurang tepat untuk diterapkan di bisnis porang - tapi maksa dikit kan gapapa :p.
          Sebelum memulai bisnis ini, wajib bagi anda untuk mengenali barangnya porang itu seperti apa. Bukan apa-apa, karena ada seorang kenalan yang keliru, akibatnya merugi gara-gara dia tidak mengenali produk yang dia usahakan. Ceritanya si doi sudah mulai budidaya dengan lahan seluas hampir satu hektar (dia ga cerita habis duit berapa), sudah membina masyarakat dekat hutan (ditanam di hutan perhutani), sudah beberapa musim ditanam dan tinggal panen. Tapi baru tahu kalau yang dia tanam tidak laku, karena dia menanam --- Suweg.
          Jadi, iles-iles atau porang ini adalah, seperti foto di samping ini. Di beberapa literatur, batangnya dibilang bisa mencapai 1,5 m. Tetapi foto disamping ini bukan rekayasa, atau bukan orangnya yang pendek. Faktanya, jika tanah subur dan lingkungan mendukung, batang porang bisa mencapai 2 meteran lebih.

          Batang porang belang-belang hijau putih, kadang ada juga bintik hitamnya. Secara sepintas memang mirip sekali dengan saudara sepupunya, suweg. Nah yang paling gampang digunakan untuk membedakan antara porang dengan suweg adalah, jika kita lihat di daunnya. Kalau di pangkal daunnya tidak ada umbi kecil seperti kutil, bisa dipastikan itu bukan porang. Karena di daun porang terdapat umbi anakan yang dikenal sebagai bulbil/katak, yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan generatif.

          Selanjutnya pembeda terakhir adalah umbi. Umbi porang basah berwarna kuning, hampir sekuning kunyit. Dan bisa dibilang warna kuningnya kelihatan sekali, tidak tersamar. Kalau sudah dalam bentuk irisan, dan keringnya sempurna, keripik porang berwarna putih cerah, sekilas ada kerlip-kerlip seperti kaca, tesktur seratnya halus sekali. Kadang ada kesulitan untuk membedakan dengan irisan umbi lain kalau sudah dalam bentuk irisan kering. Kalau iles-iles hutan dan suweg, teskturnya kasar, seratnya besar-besar.

          Nah, bagi anda yang baru memulai, semoga tidak salah.

          Friday, August 8, 2008

          Kapan Memulai ? Memilih Kesempatan Setahun Sekali


          Porang / Iles-iles / Amorphophallus Onchophillus adalah tanaman semusim. Tanaman ini terdiri dari batang asli yang tertanam di dalam tanah, lebih dikenal sebagai umbi, dan batang semu yang muncul dan tumbuh pada musim hujan. Munculnya batang semu sudah saya sampaikan dalam tulisan lain di blog ini.

          Seperti yang sudah saya paparkan pada tulisan yang lain mengenai potensi budidaya dan bisnis porang pada lahan perorangan , porang begitu menjanjikan, karena memanfaatkan lahan tidak produktif di bawah tegakan induk. Dalam arti lain, budidaya porang berarti melakukan optimalisasi atas lahan dengan cara tumpangsari.

          Mungkin bagi pembaca bisa bilang Apaan sih ini, tidak berguna sama sekali. It s OK, It s your right to say so.

          Tetapi sebaliknya bagi anda yang merasa Oow... this info is very interesting dan anda pingin mencoba di lahan anda atau relasi anda. Inilah saat yang tepat. Kenapa begitu?

          Karena bulan-bulan ini, sekitar Agustus - September, adalah bulan-bulan dimana musim kemarau mencapai anti klimaks, artinya musim penghujan sudah hampir tiba. Dan sebagaimana sudah sering saya ungkapkan, pada musim penghujan Porang akan mulai tumbuh.

          Kalau anda baru mulai mempersiapkan lahan begitu musim hujan tiba, saya rasa akan sedikit terlambat. Kenapa, karena jika anda menggunakan buruh untuk mengolah, membuat lubang dan mempersipakan pupuk, pada awal musim hujan itu pasar buruh sedang ramai, karena mereka pasti mempersiapkan tanaman mereka sendiri. Pada awal musim hujan biasanya petani mulai menanam tanaman pokok mereka, dan pastilah anda akan menemui kesulitan untuk hire orang. Ini hanya opini saya, kecuali anda sudah punya karyawan tetap, kapanpun anda mulai tidak ada masalah.

          Yang kedua, soal ketersediaan bibit dan harganya. Perlu diketahui, tren budidaya porang mulai berkembang, dan pasar bibit baik katak maupun umbi senantiasa bergerak mengikuti permintaan pasar. Ketika saya menulis ini di awal agustus 2008 harga Umbi masih berkisar Rp 8.000,- / kg dan harga katak Rp 15.000,- , saya tidak berani menjamin berapa harga beli umbi di akhir Bulan Agustus nanti. Artinya kalau anda memang sudah mantap untuk mencoba, mulailah sekarang juga.

          Dan yang ketiga, soal lahan. Jika lahan milik anda sendiri, tentu tidak ada masalah dengan negosiasi bagi hasil atau mekanisme sewa. Sebaliknya jika lahan yang anda bidik untuk ditanami milih orang lain, atau hutan rakyat atau milik perhutani sekalipun. Pasti anda perlu waktu khusus untuk negosiasi, minimal minta ijin kepada pemilik atau penanggung jawab di sana.

          Nah, mungkin sekaranglah waktu yang tepat untuk anda luangkan waktu dan mulai bergerilya.. Semoga sukses....

          Thursday, August 7, 2008

          Analisa Investasi - Mulai Berhitung Cost & Benefit


          Saatnya kita berhitung untung rugi dari budidaya porang. Jika kita bicara idealisme, pasti keuntungan pertama yang akan diperoleh adalah keuntungan ekologi, mengapa begitu. Karena porang bisa ditanam di lahan yang ternaungi tegakan pohon, artinya, di dalam hutan - tanpa menebang pohon sekalipun, emas ini bisa kita dulang. Otomatis lingkungan hutan kita selamat.

          Tetapi, statemen di atas bisa kita abaikan, seandainya anda memulai bisnis dari lahan hutan jati milik perrorangan. Kenapa begitu, karena pemilik kebun jati pasti fokus pada nilai ekonomis yang diperoleh dari penjualan kayu jati.
          Berarti ada waktu dimana pohon tegakan akan ditebang, dan kita harus sudah siap dengan lahan baru yang lain sebagai pengganti. Sekali lagi, kalkulasi di bawah menggunakan asumsi lahan sudah tersedia.

          Kalkulasi akan saya sampaikan dalam berbagai alternatif bibit. Yaitu katak dan umbi. Dan penjualan juga dengan dua alternatif menjual umbi basah atau chips kering. Dan hasil sampingan yang tak kalah menggiurkan adalah menjual bibit katak atau umbi - tetapi kalkulasi yang terakhir bisa kita abaikan jika bibit tersebut akan kita gunakan di musim selanjutnya.

          1. a. Investasi Budidaya dengan Umbi /1000m persegi
          Asumsi :
          Jarak tanam 1m x 0,5 m jadi total terdapat 2000 lubang
          Bibit umbi per kg = 4 biji (+- 3ons) , jadi untuk 2000 lubang diperlukan 500 kg
          Harga umbi Rp 8.000,- / kg
          Pupuk Kandang cukup untuk 10 lubang /1 kantong plastik (ini estimasi , lebih kurang penggunaan bisa memberi efek yang berbeda pada hasil tanaman), jadi diperlukan total 200 kantong .
          Harga Pupuk kandang Rp 3500, per kantong
          Tenaga penggali 2 orang, dalam satu hari menghasilkan 300 lubang galian, jadi diperlukan 7 hari
          Tenaga tanam 2 orang, diperlukan waktu 2 hari untuk menanam umbi dan memupuknya total 2000 lubang.

          Hitungan :
          Investasi bibit umbi porang : 500 x Rp 8.000 = Rp 4.000.000,-
          Pupuk Kandang : 200 x Rp 3.500 = Rp 700.000,-
          Tenaga Tanam & gali : kurang lebih = Rp 610.000,-
          Transportasi & Konsumsi : kurang lebih = Rp 500.000,-

          Total investasi = Rp 5.810.000,-

          1.b Sementara untuk penjualan panen Umbi dengan asumsi :
          Harga jual umbi basah Rp 1.750,- /kg
          Perbesaran umbi, dalam 6 bulan dengan pupuk optimal dihasilkan 2kg basah dari 0,3 kg bibit umbi.
          Hasil panenan diambil oleh pembeli dalam bentuk umbi basah. (tidak perlu transport pengiriman)
          Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x Rp 1.750 = Rp 7.000.000,-
          Dihasilkan margin sebesar : Rp 7.000.000,- - Rp 5.810.000,- = Rp 1.190.000,-
          Kalau tenaga kasar diperhitungan diperoleh kurang lebih Rp 1.000.000,- bersih per 1000m2 lahan.

          1.c Sementara untuk penjualan panen dalam bentuk Chips kering dengan asumsi :
          Harga jual Chips per kg : Rp. 13.000
          Perbesaran umbi, dalam 6 bulan dengan pupuk optimal dihasilkan 2kg basah dari 0,3 kg bibit umbi.
          Rendemen 17%, jadi dari 100 kg umbi basah dihasilkan keripik seberat 17kg
          Hasil panenan diambil oleh pembeli (tidak perlu transport pengiriman)
          Tenaga kerja rajang dan pengeringan Rp 500, per kg keripik.

          Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x 17% x Rp 13.000 = Rp 8.840.000,-
          Biaya pengeringan : 2000 x 2kg x 17% x Rp 500.000 = Rp 340.000,-
          Dihasilkan margin sebesar : (Rp 8.840.000,-) - (Rp 5.810.000,-) - (Rp 340.000,-) = Rp 2.690.000,-
          Kalau dialokasikan untuk biaya lain-lain, bisa diperoleh paling tidak Rp 2.250.000,- bersih per 1000m2 lahan.

          2. a Investasi Budidaya dengan Katak /1000m persegi
          Asumsi : Jarak tanam 1m x 0,5 m jadi total terdapat 2000 lubang
          Bibit umbi per kg = 100 biji , jadi untuk 2000 lubang diperlukan 20 kg
          Harga katak Rp 15.000- / kg
          Pupuk Kandang cukup untuk 10 lubang /1 kantong plastik (ini estimasi , lebih kurang penggunaan bisa memberi efek yang berbeda pada hasil tanaman), jadi diperlukan total 200 kantong . Pupuk untuk penanaman katak tidak terlalu berpengaruh.
          Harga Pupuk kandang Rp 3500, per kantong
          Tenaga penggali 2 orang, dalam satu hari menghasilkan 300 lubang galian, jadi diperlukan 7 hari Tenaga tanam 2 orang, diperlukan waktu 2 hari untuk menanam umbi dan memupuknya total 2000 lubang.
          Tanaman dari katak perlu disiangi, paling tidak 4 kali dalam musim tanam pertama, dan 2 kali di musim tanam kedua. Tenaga 2 orang, perlu waktu 2 hari menyiangi.

          Hitungan : Investasi bibit katak porang : 20 x Rp 15.000 = Rp 300.000,-
          Pupuk Kandang : 200 x Rp 3.500 = Rp 700.000,-
          Transportasi & Konsumsi : kurang lebih = Rp 800.000,-
          Tenaga Tanam & gali : kurang lebih = Rp 610.000,-
          Tenaga Penyiangan musim pertama : kurang lebih = Rp 640.000,-
          Tenama Penyiangan musim kedua : kurang lebih = Rp 320.000,-

          Total investasi = Rp 3.100.000,-

          2.b Sementara untuk penjualan panen Umbi dari katak, perhitungan hasilnya kurang lebih sama dengan produksi dari bibit umbi porang.

          Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x Rp 1.750 = Rp 7.000.000,-

          Dihasilkan margin sebesar : Rp 7.000.000,- - Rp 3.100.000,- = Rp 3.900.000,-
          Kalau tenaga kasar diperhitungan diperoleh kurang lebih Rp 3.700.000,- bersih per 1000m2 lahan.

          Terlihat bahwa investasi dengan katak porang memberikan revenue yang jauh lebih besar ( tiga kali lipat lebih), tetapi harus diperhatikan bahwa hasil tersebut baru bisa diperoleh paling cepat pada tahun ke-2. Sebagai saran, anda tetap bisa memulai investasi budidaya Porang dengan menanam umbi porang di tahun pertama, sekaligus mulai menanam katak sebagai bakal bibit di tahun kedua. Atau anda bisa mulai membeli bibit umbi pada dua tahun pertama, dan katak hasil panenan tahun pertama tidak dijual, melainkan untuk bibit di tahun ketiga. Alternatif terakhir ini biasanya yang paling ekonomis. Mengingat setiap batang porang menghasilkan rata-rata 15 biji katak per musimnya, jadi di tahun pertama saja anda sudah mengumpulkan 15*2000 = 30.000 biji katak. Ambil 3000 biji saja, sudah cukup untuk bakalan bibit di tahun ke tiga. Sisanya bisa dijual, kurang lebih bisa menghasilkan Rp 4.500.000,- dari penjualan bibit katak.

          Cukup menarik, bukan..

          Mulai Menanam - Menyemai Harapan


          Minggu yang lalu , minggu ke-4 Juli 2008, saya mulai menanam Porang di lahan yang sudah disiapkan. Di daerah Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Jateng.

          Lahan seluas 5000 m 2 yang seluruhnya ditumbuhi pohon jati berusia kurang lebih 5 tahun, kira-kira tingginya baru 15 - 20 m. Dan lingkar batang rata-rata 25 - 35 cm. Mereka ditanam dengan kerapatan 1,5 m x 1, 5 m. Cukup rapat memang, tapi awalnya di pemilik lahan menginginkan agar tanamannya bisa tumbuh lurus ke atas, baru ketika mulai rapat, sebagian tanaman yang jelek batangnya atau terlalu rapat akan dikurangi bertahap.

          Kembali ke penanaman porang. Lahan yang sudah siap tersebut saya minta digali dengan ukuran kurang lebih 1 m x 1 m. Tidak terlalu rapat memang, mengingat bibit yang saya siapkan adalah umbi dengan bobot rata-rata 4 ons. Malah ada umbi yang saya beli dari Trenggalek sudah berukuran kurang lebih 2 kg.

          Lubang digali dengan ukuran rata-rata 30 x 40 x 20-25 cm. Sesuai petunjuk seorang teman, lubang galian berperan sebagai pot sebagaimana ketika kita bertanam tabulampot (tanaman buah dalam pot) sehingga hanya memberi ruang gerak optimal bagi perkembangan umbi. Tidak terlalu dalam, karena perkembangan umbi nantinya membesar ke samping atau ke atas.

          Selanjutnya saya masukkan pupuk - murni pupuk kandang, karena pemilik lahan punya kotoran sapi sebanyak satu kandang hampir penuh, usianya sudah hampir 2 tahun tidak dipakai. Jadi dengan semangat penghematan, ya sudah semua kotoran yang ada kami tuang ke lubang. Ngirit.. he he...

          Soal pupuk ini, seorang teman menyarankan pada waktu pupuk di tuang ke lubang terlebih dulu di campur dengan furadan atau EM4 yang berfungsi sebagai fungisida, membunuh jamur baik yang muncul dari tanah maupun dari bawaan pupuk kandang. Sayang saya tidak sempat melakukan sarannya.

          Sebelum pupuk dimasukkan, umbi saya taruh lebih dulu di dasar lubang. Ada dua posisi yang saya cobakan, yaitu umbi tegak dengan tunas di atas dan posisi terbalik. Ada sumber yang mengatakan umbi dibalik akan memperbesar tumbuhnya panenan nanti. Tapi petani porang yang sudah berpengalaman mengatakan pembalikan umbi tidak berpengaruh apapun. Who knows.. makanya saya coba semua.

          Setelah umbi masuk, baru pupuk dituangkan dan dicampur dengan tanah hingga munjung. Artinya ketinggian tumpukan tanah di atas tanah sekitarnya. Ini disarankan untuk mencegah air menggenang di bekas galian umbi.

          Dari 800 lubang yang kami gali, semua umbi sudah tenang di tempatnya. Tinggal ada sisa bibit yang akan ditanam setelah datang musim hujan, oleh partner saya. Monggo kemawon silahkan..

          Tinggal berdoa bareng-bareng agar hasil panenan mendatang seperti yang diharapkan bersama, dan jika eksperimen ini berhasil, semoga masyarakat mau meniru membudidayakan di lahan jati mereka. yang otomatis bisa lebih produktif, dibanding jika mereka membuka lahan untuk ditanami singkong.

          Amiinn...

          Umbi Porang - Sistem Cerdas Pendeteksi Hujan


          Secara alamiah, umbi porang diciptakan dengan mekanisme kerja luar biasa. Dalam tulisan saya sebelumnya, sudah saya sampaikan bahwa tanaman porang pada menjelang akhir musim hujan, akan layu dan batang semunya mengering. Dan terhitung pada saat itu, hingga sekitar satu bulan ke depan, adalah masa-masa terbaik persiapan panen. Saya bilang persiapan, karena kalau dipanen, masih belum layak karena kandungan air nya cukup tinggi. Dan kandungan air ini selain bisa menyebabkan miskalkulasi (karena berat air), juga bisa mengurangi daya tahan umbi ketika terkena udara luar.

          Kembali ke umbi cerdas. Sebaliknya pada mendekati musim hujan. Sang umbi akan mendeteksi kelembaban udara, dan secara alamiah pula, titik tumbuh akan mulai berkembang membentuk semacam tunas yang berwarna kemerah-merahan. Dia akan terus berkembang hingga tiba saatnya ketika musim hujan datang, batang semu akan muncul di atas permukaan tanah.

          Pertumbuhan tunas ini tidak bisa ditipu dengan guyuran air yang kontinyu ke umbi. Karena jika itu yang dilakukan, umbi malah akan busuk dan mengundang belatung yang memakan umbi. Itu sebabnya, porang mengharamkan tanah becek sebagai media tumbuhnya.

          Belum lama berselang, sekitar minggu ke 3 juli 2008, saya menemui umbi di gudang saya mulai muncul tunas kemerahan. Seorang teman memang menyarankan untuk segera menanamnya, sehingga bisa terjaga kelembaban alamiah umbi tersebut. Juga karena biasanya agak susah mencari buruh untuk menanam kalau musim hujan terlanjur datang- mereka pilih menanam di lahan sendiri.

          Mulailah saya menanam di lahan yang sudah disiapkan. Waktu itu, si pemilih lahan agak protes, kok masih panas begini sudah ditanam apa tidak kering. Saya memang berkeras menanam bibit di lahan yang tersedia. Tetapi si pemilik berkeras juga, agar sisa umbi yang kekurangan lubang ditahan dulu tidak ditanam, dan menantang teori siapa yang benar. He he... jadinya kayak berantem deh..

          Entah ada hubungannya atau tidak , ternyata selang beberapa hari, cuaca selalu mendung di lokasi lahan. Memang belum juga turun hujan, tetapi saya rasakan kelembaban udara mulai meningkat belakangan ini. Yah.. siapa tahu memang si umbi lebih cerdas memilih masa tumbuh dia, daripada pemikiran manusia. Semoga.. biar saya bisa menang taruhan .. he he...Amin

          Thursday, July 10, 2008

          Porang -- Emas di Belantara


          Meminjam judul yang di posting di situs trubus-online.com, yang menggambarkan betapa tinggi nilai jual porang, bukan semata-mata hiperbola untuk menarik minat saja.
          Dari percobaan saya untuk mempublikasikan penjualan keripik porang di situs indonetwork.co.id sejak bulan April 2008. Ternyata respon sangat luar biasa dari para calon pembeli. Memang sebagian dari mereka - harus diakui - sepertinya hanya melihat permintaan yang bersliweran di dunia maya, dan tidak sedikit - yang saya berani bilang - hanya spekulan saja. Karena ketika mereka menanyakan kepada saya tentang ketersediaan stok, barang nya seperti apa, ciri-cirinya bagaimana, mereka tidak begitu tahu.
          Namun ada juga yang terlihat begitu ahli dan menyatakan memiliki petani binaan di beberapa daerah. (Tetapi terus terang saya sendiri belum begitu mengenal mereka, baru sebatas telpon-atau sms an).
          Harga yang ditawarkan pun cukup fantastis. Ada yang sampai pesan Porang basah seharga Rp 1.400 dan kering nya mencapai Rp 15.000,- per kg.
          Padahal seorang teman di Surabaya yang order untuk keperluan ekspor ke hongkong pun, malah menantang saya untuk nitip menjualkan ke buyer lokal kalau ada yang berani beli di harga Rp 10.000,-
          Terlepas dari kebenaran harga tertinggi yang benar mana. Terlihat bahwa demand semakin tinggi terhadap komoditi porang / Iles-iles / Acung / Badur (dua terakhir ini katanya dari bahasa Sunda - saya tidak begitu paham). Jauh di atas harga singkong yang hanya Rp 300 / kg nya dalam kondisi basah. Atau bisa naik lagi karena euforia bioetanol.
          Nah, mungkin sekarang waktunya untuk mulai mengenal Porang, yang betul-betul emas di belantara.

          Tuesday, July 8, 2008

          Eksploitasi Sekaligus Melestari

          Selama ini, pengelolaan lahan hutan, dipahami para petani kita dengan menebang pohon hutan, dan menggantinya dengan tanaman semusim yang lebih cepat menghasilkan, seperti jagung, kacang, atau bahkan padi. Disamping lebih cepat memberikan hasil, alasan keterbatasan lahan pertanian dan terdesak kebutuhan ekonomi begitu akrab di telinga sebagi justifikasi tindakan ini. Haruskah selalu begitu?
          Pertanyaan serupa mestinya dijawab oleh para pengelola hutan, dan oleh kita semua. Jangan sampai karena kepentingan jangka pendek, merusak dan merugikan kepentingan yang lebih besar dan jauh lebih banyak orang lagi. Seperti yang dilakukan aparat perhutani di purwodadi, dengan tajuk mengoptimalisasi aset, mereka mengkonversi TPK (tempat penimbunan kayu) menjadi lahan perumahan untuk karyawan dan umum dengan alasan defisit anggaran. lihat link : http://perhutani-purwodadi.com/mod.php?mod=userpage&menu=701&page_id=39. Begitu kontras nya dengan headline di situs tersebut :
          Wahana Pelestari Hutan, Website Pecinta Tanaman, Perhutani KPH Purwodadi Online.
          Tetapi saya bukan sedang membahas para pengemban amanah hutan di Purwodadi. Karena situs tersebut di posting tahun 2006. Bisa jadi sekarang lahan yang "baru akan" dikonversi ternyata malah sudah jadi perumahan dan Indomaret seperti rencana. Saya mencoba mengangkat pemikiran, bisakah kita lebih bersahabat dengan lingkungan- tepatnya hutan? Karena jika mereka diusahakan tetap lestari, bukan berarti kita tidak bisa memperoleh apa-apa. Yang begitu mendesak dan begitu sering diangkat adalah, laju penebangan hutan mempercepat pemanasan global dan pencairan es di kutub. Dan keuntungan ekonomis yang lain, seperti kayu hutan yang bisa menghasilkan, atau jika ingin lebih singkat lagi adalah, hutan yang rimbun ternyata bisa tetap menghasilkan komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi.
          Berbagai macam empon-empon atau tanaman jamu, yang belakangan di kenal sebagai fitofarmasi. Adalah hasil hutan - yang meski bisa juga di budidayakan di pekarangan - yang begitu terkenal di luar negeri. Majalah SWA edisi No 13-2008 mengulas seorang entrepreneur muda yang sukses menjual fitofarmasi ke luar negeri - dengan basis internet marketing.
          Jadi timbul pertanyaan mendasar, kenapa selalu berpikir pendek untuk memperoleh keuntungan instan dengan menebang dan "mengeksploitasi hutan", jika dengan tetap membiarkan hutan lestaripun, bisa memberikan hasil yang luar biasa? Saatnya bagi kita untuk menjawab dengan tindakan.
          Dalam blog ini saya mencoba memberi gambaran dengan pendekatan atas potensi bisnis porang, lengkap dengan kalkulasi investasi budidaya atas porang, kapan mulai menanam, bagaimana persiapan dan cara budidaya dan hal-hal lain terkait forest based entrepreneurship yang bisa dibangun atas dasar kelestarian hutan.