bisnis online

Wednesday, August 27, 2008

Well Known Commodity - Konjac Usage

Konjac or already known on previous articles as Porang / Iles-iles is grown in China, Japan, Korea and South East Asia for its large starchy corm, used to create a flour and jelly of the same name. It is also used as a vegan substitute for gelatin.
In Japanese cuisine, konnyaku appears in dishes such as oden. It is typically mottled grey and firmer in consistency than most gelatins. It has very little taste; the common variety tastes vaguely like salt. It is valued more for its texture than flavor.
Japanese konnyaku jelly is made by mixing konnyaku flour with water and limewater. Hijiki is often added for the characteristic dark color and flavor. Without additives for color, konnyaku is pale white. It is then boiled and cooled to solidify. Konnyaku made in noodle form is called shirataki (see shirataki noodles) and used in foods such as sukiyaki and gyudon.
Japanese historical novelist Ryotaro Shiba claims in a 1982 travelogue that konjac is consumed in parts of Sichuan province; the corm is reportedly called moyu (魔芋), and the jelly is called moyu dofu (魔芋豆腐) or shue moyu (雪魔芋).
The dried corm of the konjac plant contains around 40% glucomannan gum. This polysaccharide makes konjac jelly highly viscous.
Konjac has almost no calories but is very high in fiber. Thus, it is often used as a diet food.

Konjac Products

Konjac can also be made into a popular Asian fruit jelly snack, known in the U.S. as konjac candy, usually served in bite-sized plastic cups.
After a series of choking deaths and near-deaths among children and old people who accidentally inhaled unchewed whole Konjac fruit jelly portions, there were FDA product warnings[1] in 2001 and subsequent recalls in the U.S. and Canada. Unlike gelatine and some other commonly used gelling agents, Konjac fruit jelly does not melt on its own in the mouth. The products that were then on the market formed a gel strong enough such that only chewing, but not tongue pressure or breathing pressure, could disintegrate the gel. The products also had to be sucked out of the miniature cup in which they were served and were small enough such that an inexperienced child could occasionally accidentally inhale them. Konjac fruit jelly was subsequently also banned in the European Union.
Some konjac jelly snacks now on the market have had their size increased so that they cannot be swallowed whole. The snacks usually have warning labels advising parents to make sure that their children chew the jelly thoroughly before swallowing.
Re-published with minor edit from : http://en.wikipedia.org/wiki/Konnyaku

Tuesday, August 26, 2008

Lomba Porang - Kompetisi Telah Dimulai

Kompetisi unik yang diselenggarakan para pelaku dan pemerhati bisnis Porang. Unik karena pertama dan satu-satunya di Indonesia, malah mungkin di dunia. Menarik, karena bisa menjadi upaya mengkampanyekan komoditi yang ramah lingkungan, potensial dan minim resiko.

Sumber :
http://www.unit2.perumperhutani.com
LMDH WONOJOYO LANGGENG JOMBANG, JUARA SATU LOMBA PORANG TERBESAR
Print E-mail
Written by Djel
Friday, 18 July 2008
Mendengar Lomba Porang mungkin terasa asing ditelinga masyarakat umum, namun itulah yang terjadi Rabu (9/7) di KPH Madiun. Sebanyak 35 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di seluruh wilayah Jawa Timur, unjuk kebolehan dengan memamerkan porang terbesar dari daerahnya.

Lomba porang yang di prakarsai oleh Biro Pembinaan dan Konservasi SDH Unit II Jatim, memperebutkan hadiah total senilai Rp.9 juta rupiah yang dibagi dalam enam kelompok pemenang. Dengan kriteria penilaian meliputi berat, besar, kondisi fisik, dan administrasi bahwa porang tersebut benar-benar berasal dari wilayahnya, yang dibuktikan dengan surat rekomendasi dari KRPH dan Asper diwilayahnya.
Setelah melalui penilaian yang sangat ketat oleh Juri yang terdiri dari pakar porang, Soekamo dari KPH Saradan, Ir. Bambang D dari Dinas Kehutanan Propinisi Jawa Timur, dan Doni PS Pemerhati Porang dari Majalah Penjebar Semangat. Ketiga juri tersebut sepakat bahwa Porang seberat 13 kg milik LMDH Wonojoyo Langgeng dengan kondisi fisik bagus itu adalah Porang terbesar dan terberat diantara Porang-Porang yang diikutkan lomba. Berdasarkan administrasi yang ditetapkan, Porang tersebut berasal dari petak 78a RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang, yang akhirnya dinobatkan sebagai juara satu dan berhak mendapat hadiah uang pembinaan sebesar Rp.3,5 juta.

Lomba Porang yang dibuka oleh Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Ir. Tedjo Rumekso, dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin, Bupati Madiun yang diwakili oleh Sekretaris Kab. Madiun Ir. Soekiman, MSi.

Dihadapan para kuli tinta, Ir. Tedjo Rumekso, mengatakan bahwa lomba Porang ini untuk mendorong dan memotivasi para LMDH untuk terus berkembang, karena industri porang bertumbuh bukan berkurang, tapi justru bertambah artinya porang mempunyai prospek yang sangat tinggi, sebelumnya informasi porang memang sangat lemah, tetapi sekarang sudah mulai terbuka, dan itu terbukti bahwa pengusaha porang sekarang banyak didatangi oleh pembeli-pembeli dari luar negeri untuk melakukan deal tentang ekspor porang”, ujarnya.

Menurut Tedjo saat ini potensi luas lahan untuk tanaman porang di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur kurang lebih 400 ribu ha, dari lahan seluas itu yang sudah ditanami porang baru sekitar 24.258,6 ribu ha, sedangkan yang sudah berproduksi kurang lebih 15 ribu ha.

Ditempat yang sama Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin mengatakan bahwa Lomba Porang ini adalah yang pertama kali didunia. Lomba yang dilatarbelakangi oleh semakin bertumbuhnya industri porang dikawasan hutan, Agus berharap, dari budidaya porang tersebut dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar hutan (Djel)


Daftar Juara Lomba Porang Selengkapnya


No. Urutan Juara LMDH Asal Porang Berat (Kg)
1 Juara I Wonojoyo Langgeng Pt.78a, RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang 13,2
2 Juara II Pandan Asri Pt. 94, RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan 12,8
3 Juara III Wono Salam Pt. 72a RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun 11,8
4 Juara Harapan I Sumber Wana Lestari Pt. 153c, RPH, Piji, BKPH Tulung, KPH Saradan 9,8
5 Juara Harapan II Wono Lestari Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 8.0
6 Juara Harapan III Sobo Wono Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 7,9

Monday, August 25, 2008

The Rising Business Commodity

Mencermati iklan internet, baik di situs perdagangan, iklan baris, forum, blogs berbahasa Indonesia, maupun situs-situs resmi institusi pemerintah - seperti perhutani dan pemda, saya berani menyimpulkan bahwa semakin banyak mata tertuju ke bisnis dan budidaya porang/Iles-iles. Tanaman bernama latin Amorphophallus Onchophillus ini layak dimasukkan dalam kriteria the rising business commodity.

Meskipun menurut informasi dari pelaku budidaya porang di KPH Saradan, mereka sudah memulai budidaya porang secara mandiri sejak tahun 80an, pola kemitraan, pembinaan dan MOU dengan Perhutani sebagai pemilik lahan baru dilakukan mulai tahun 90an. Dalam kerjasama tersebut Perhutani mengambil keuntungan dari kelestarian hutan produksi yang menghasilkan kayu - produk utama Perhutani - yang turut dijaga oleh warga pesanggem dari sekitar hutan, dalam wadah LMDH.

Internet memberikan dampak luar biasa sebagai sarana komunikasi dan jalur informasi bisnis - bahkan untuk bisnis berbasis agroforestry sekalipun. Ditandai dengan artikel di situs trubus-online pada edisi Juni 2007, yang mengupas bisnis porang secara budidaya yang dilakukan oleh LMDH Klangon Saradan Jawa Timur dan di Makasar yang dilakukan dengan "meramu" - memanen langsung porang yang tumbuh liar di hutan. Sejak itu terlihat perkembangan yang luar biasa. Informasi mengenai porang/Iles-iles begitu booming di internet.
Situs bisnis indonesia - indonetwork.co.id mencatat pengiklan yang bergabung dan menawarkan porang baik dalam bentuk basah maupun kering, bermunculan sejak Agutus 2007. Tercatat pelaku-pelaku bisnis dari Kendal, Semarang, Purwodadi, Kudus, Pati,Solo, Sukoharjo di Jawa Tengah, dan dari Madiun, Trenggalek, Pacitan, Jombang, Jember, Banyuwangi, Surabaya di Jawa Timur. Sedangkan dari area barat terlihat pelaku dari Bandung, Tasikmalaya, hingga Aceh, yang terlihat turut meramaikan bursa di internet dengan penawaran jual / beli komiditi tersebut.

Melihat potensi ini, alangkah baiknya jika dilakukan pertemuan atau paling tidak pembicaraan dalam semacam asosiasi. Yang paling utama adalah bersama mengangkat Porang / Iles-iles sebagai komoditas unggulan yang potensial, kemudian memperkuat basis budidaya, memperbesar kapasitas produksi, membuka peluang-peluan pasar baru, dan bahkan - bukannya tidak mungkin - memperbaiki posisi tawar terhadap buyer.

Friday, August 22, 2008

Budidaya Porang di Lahan Perorangan - Simbiosis Mutualisme


Menurut istilah, simbiosis mutualisme adalah hubungan dua pihak atau lebih yang saling menguntungkan. Keuntungan yang diberikan bisa berupa keuntungan langsung, maupun tidak langsung. Tetapi tetap saja ada keuntungan yang bisa diambil oleh masing-masing pihak. Dalam buku-buku teks, seringkali dicontohkan hubungan antara kerbau dengan burung jalak – sering dikenal dengan jalak kerbau. Dimana burung jalak memakan kutu di punggung atau kulit kerbau. Dalam hubungan ini si burung jalak memperoleh makanan, sebagai pengobat lapar, sedangkan di kerbau memperoleh keuntungan karena gangguan yang ditimbulkan oleh kutu – otomatis hilang karena si kutu sudah dimakan burung. Sepertinya cerita seperti ini, sudah susah sekali dipahami orang apalagi anak-anak jaman sekarang.Bisa dihitung berapa anak kota yang bisa membedakan kerbau sama kambing, apalagi mengerti yang namanya burung jalak.

Hutan rakyat atau lahan perorangan yang ditanami dengan tanaman keras, biasanya memang ditanam dengan tujuan akan dipanen kayunya, seperti jati, sengon, mahoni dan sebagainya. Perawatan yang diberikan kepada tanaman ini minim sekali, paling banter adalah menimbun pupuk di pangkal pohon jati, atau mencangkul tanah di sekitar pohon untuk ditimbunkan di pangkal pohonnya. Karena untuk melakukan hal-hal tersebut, pasti diperlukan usaha khusus, seringkali tanaman dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, hingga waktunya dipanen.

Budidaya porang memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi porang dari sinar matahari langsung. Sebenarnya, kerapatan pohon atau keteduhan daun lahan yang akan ditanami tidak harus terlalu rapat dan keteduhan yang diberikanpun hanya minimal sekali, yang penting, pada saat matahari terik bersinar di tengah hari, daun porang bisa terlindung dari sinarnya. Karena jika tidak, daun akan layu dan tanaman tidak akan tumbuh optimal, bahkan mati.

Porang yang dibudidayakan di hutan rakyat atau lahan perorangan, disarankan untuk ditanam dalam galian dengan ukuran tertentu, diberikan pupuk – terutama pupuk kandang dengan komposisi tertentu dan diperlukan sesekali penyiangan terhadap rumput gulma.

Tanah yang digali untuk ditanami, menyebabkan tanah kaya oksigen dan membuatnya menjadi gembur. Pupuk yang diberikan untuk porang, secara tidak sengaja – sebagian akan ikut terserap oleh perakaran tanaman tegakan, sehingga baik porang maupun tanaman tegakannya akan memperoleh manfaat dari pupuk tersebut. Penyiangan rumput di sekitar tanaman porang tentu saja akan menghilangkan gangguan – mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan penganggu. Jadilah, pola penanaman tumpangsari porang di bawah tanaman tegakan akan bekerja simbiosis mutualisme antara pemilik lahan dengan petani porang, layaknya kerbau dengan burung jalak.

Wednesday, August 20, 2008

Porang - Surviving Seed


Tanaman Porang dan keluarganya, bisa dijadikan simbol tanaman pangan dengan semangat juang tinggi. Disamping tidak terlalu menuntut persyaratan lingkungan yang berlebihan, ada hal menarik yang bisa diamati dari alat perkembang-biakannya.

Katak / Bulbil porang, di seluruh permukaan kulitnya memungkinkan untuk tumbuh tunas sebagai batang baru. Dari pengamatan, bahkan jika katak tersebut terpotong hingga tinggal 20% sekalipun, asal tidak busuk selama musim kemarau, maka jika masa tumbuh tiba, masih memungkinkan untuk muncul tunas, dan berkembang menjadi tanaman normal.

Begitu juga untuk umbi porang sendiri, selama tidak busuk dan titik tumbuhnya masih ada, tetap akan bisa tumbuh lagi.

Thursday, August 14, 2008

Tanaman Porang - Kenali Dia

Kenali dirimu sendiri, lalu kalahkan musuhmu , Pakar Perang Sun Tsu pernah bilang gitu, dan sering dikutip para penulis. Mungkin kurang tepat untuk diterapkan di bisnis porang - tapi maksa dikit kan gapapa :p.
Sebelum memulai bisnis ini, wajib bagi anda untuk mengenali barangnya porang itu seperti apa. Bukan apa-apa, karena ada seorang kenalan yang keliru, akibatnya merugi gara-gara dia tidak mengenali produk yang dia usahakan. Ceritanya si doi sudah mulai budidaya dengan lahan seluas hampir satu hektar (dia ga cerita habis duit berapa), sudah membina masyarakat dekat hutan (ditanam di hutan perhutani), sudah beberapa musim ditanam dan tinggal panen. Tapi baru tahu kalau yang dia tanam tidak laku, karena dia menanam --- Suweg.
Jadi, iles-iles atau porang ini adalah, seperti foto di samping ini. Di beberapa literatur, batangnya dibilang bisa mencapai 1,5 m. Tetapi foto disamping ini bukan rekayasa, atau bukan orangnya yang pendek. Faktanya, jika tanah subur dan lingkungan mendukung, batang porang bisa mencapai 2 meteran lebih.

Batang porang belang-belang hijau putih, kadang ada juga bintik hitamnya. Secara sepintas memang mirip sekali dengan saudara sepupunya, suweg. Nah yang paling gampang digunakan untuk membedakan antara porang dengan suweg adalah, jika kita lihat di daunnya. Kalau di pangkal daunnya tidak ada umbi kecil seperti kutil, bisa dipastikan itu bukan porang. Karena di daun porang terdapat umbi anakan yang dikenal sebagai bulbil/katak, yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan generatif.

Selanjutnya pembeda terakhir adalah umbi. Umbi porang basah berwarna kuning, hampir sekuning kunyit. Dan bisa dibilang warna kuningnya kelihatan sekali, tidak tersamar. Kalau sudah dalam bentuk irisan, dan keringnya sempurna, keripik porang berwarna putih cerah, sekilas ada kerlip-kerlip seperti kaca, tesktur seratnya halus sekali. Kadang ada kesulitan untuk membedakan dengan irisan umbi lain kalau sudah dalam bentuk irisan kering. Kalau iles-iles hutan dan suweg, teskturnya kasar, seratnya besar-besar.

Nah, bagi anda yang baru memulai, semoga tidak salah.

Friday, August 8, 2008

Kapan Memulai ? Memilih Kesempatan Setahun Sekali


Porang / Iles-iles / Amorphophallus Onchophillus adalah tanaman semusim. Tanaman ini terdiri dari batang asli yang tertanam di dalam tanah, lebih dikenal sebagai umbi, dan batang semu yang muncul dan tumbuh pada musim hujan. Munculnya batang semu sudah saya sampaikan dalam tulisan lain di blog ini.

Seperti yang sudah saya paparkan pada tulisan yang lain mengenai potensi budidaya dan bisnis porang pada lahan perorangan , porang begitu menjanjikan, karena memanfaatkan lahan tidak produktif di bawah tegakan induk. Dalam arti lain, budidaya porang berarti melakukan optimalisasi atas lahan dengan cara tumpangsari.

Mungkin bagi pembaca bisa bilang Apaan sih ini, tidak berguna sama sekali. It s OK, It s your right to say so.

Tetapi sebaliknya bagi anda yang merasa Oow... this info is very interesting dan anda pingin mencoba di lahan anda atau relasi anda. Inilah saat yang tepat. Kenapa begitu?

Karena bulan-bulan ini, sekitar Agustus - September, adalah bulan-bulan dimana musim kemarau mencapai anti klimaks, artinya musim penghujan sudah hampir tiba. Dan sebagaimana sudah sering saya ungkapkan, pada musim penghujan Porang akan mulai tumbuh.

Kalau anda baru mulai mempersiapkan lahan begitu musim hujan tiba, saya rasa akan sedikit terlambat. Kenapa, karena jika anda menggunakan buruh untuk mengolah, membuat lubang dan mempersipakan pupuk, pada awal musim hujan itu pasar buruh sedang ramai, karena mereka pasti mempersiapkan tanaman mereka sendiri. Pada awal musim hujan biasanya petani mulai menanam tanaman pokok mereka, dan pastilah anda akan menemui kesulitan untuk hire orang. Ini hanya opini saya, kecuali anda sudah punya karyawan tetap, kapanpun anda mulai tidak ada masalah.

Yang kedua, soal ketersediaan bibit dan harganya. Perlu diketahui, tren budidaya porang mulai berkembang, dan pasar bibit baik katak maupun umbi senantiasa bergerak mengikuti permintaan pasar. Ketika saya menulis ini di awal agustus 2008 harga Umbi masih berkisar Rp 8.000,- / kg dan harga katak Rp 15.000,- , saya tidak berani menjamin berapa harga beli umbi di akhir Bulan Agustus nanti. Artinya kalau anda memang sudah mantap untuk mencoba, mulailah sekarang juga.

Dan yang ketiga, soal lahan. Jika lahan milik anda sendiri, tentu tidak ada masalah dengan negosiasi bagi hasil atau mekanisme sewa. Sebaliknya jika lahan yang anda bidik untuk ditanami milih orang lain, atau hutan rakyat atau milik perhutani sekalipun. Pasti anda perlu waktu khusus untuk negosiasi, minimal minta ijin kepada pemilik atau penanggung jawab di sana.

Nah, mungkin sekaranglah waktu yang tepat untuk anda luangkan waktu dan mulai bergerilya.. Semoga sukses....

Thursday, August 7, 2008

Analisa Investasi - Mulai Berhitung Cost & Benefit


Saatnya kita berhitung untung rugi dari budidaya porang. Jika kita bicara idealisme, pasti keuntungan pertama yang akan diperoleh adalah keuntungan ekologi, mengapa begitu. Karena porang bisa ditanam di lahan yang ternaungi tegakan pohon, artinya, di dalam hutan - tanpa menebang pohon sekalipun, emas ini bisa kita dulang. Otomatis lingkungan hutan kita selamat.

Tetapi, statemen di atas bisa kita abaikan, seandainya anda memulai bisnis dari lahan hutan jati milik perrorangan. Kenapa begitu, karena pemilik kebun jati pasti fokus pada nilai ekonomis yang diperoleh dari penjualan kayu jati.
Berarti ada waktu dimana pohon tegakan akan ditebang, dan kita harus sudah siap dengan lahan baru yang lain sebagai pengganti. Sekali lagi, kalkulasi di bawah menggunakan asumsi lahan sudah tersedia.

Kalkulasi akan saya sampaikan dalam berbagai alternatif bibit. Yaitu katak dan umbi. Dan penjualan juga dengan dua alternatif menjual umbi basah atau chips kering. Dan hasil sampingan yang tak kalah menggiurkan adalah menjual bibit katak atau umbi - tetapi kalkulasi yang terakhir bisa kita abaikan jika bibit tersebut akan kita gunakan di musim selanjutnya.

1. a. Investasi Budidaya dengan Umbi /1000m persegi
Asumsi :
Jarak tanam 1m x 0,5 m jadi total terdapat 2000 lubang
Bibit umbi per kg = 4 biji (+- 3ons) , jadi untuk 2000 lubang diperlukan 500 kg
Harga umbi Rp 8.000,- / kg
Pupuk Kandang cukup untuk 10 lubang /1 kantong plastik (ini estimasi , lebih kurang penggunaan bisa memberi efek yang berbeda pada hasil tanaman), jadi diperlukan total 200 kantong .
Harga Pupuk kandang Rp 3500, per kantong
Tenaga penggali 2 orang, dalam satu hari menghasilkan 300 lubang galian, jadi diperlukan 7 hari
Tenaga tanam 2 orang, diperlukan waktu 2 hari untuk menanam umbi dan memupuknya total 2000 lubang.

Hitungan :
Investasi bibit umbi porang : 500 x Rp 8.000 = Rp 4.000.000,-
Pupuk Kandang : 200 x Rp 3.500 = Rp 700.000,-
Tenaga Tanam & gali : kurang lebih = Rp 610.000,-
Transportasi & Konsumsi : kurang lebih = Rp 500.000,-

Total investasi = Rp 5.810.000,-

1.b Sementara untuk penjualan panen Umbi dengan asumsi :
Harga jual umbi basah Rp 1.750,- /kg
Perbesaran umbi, dalam 6 bulan dengan pupuk optimal dihasilkan 2kg basah dari 0,3 kg bibit umbi.
Hasil panenan diambil oleh pembeli dalam bentuk umbi basah. (tidak perlu transport pengiriman)
Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x Rp 1.750 = Rp 7.000.000,-
Dihasilkan margin sebesar : Rp 7.000.000,- - Rp 5.810.000,- = Rp 1.190.000,-
Kalau tenaga kasar diperhitungan diperoleh kurang lebih Rp 1.000.000,- bersih per 1000m2 lahan.

1.c Sementara untuk penjualan panen dalam bentuk Chips kering dengan asumsi :
Harga jual Chips per kg : Rp. 13.000
Perbesaran umbi, dalam 6 bulan dengan pupuk optimal dihasilkan 2kg basah dari 0,3 kg bibit umbi.
Rendemen 17%, jadi dari 100 kg umbi basah dihasilkan keripik seberat 17kg
Hasil panenan diambil oleh pembeli (tidak perlu transport pengiriman)
Tenaga kerja rajang dan pengeringan Rp 500, per kg keripik.

Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x 17% x Rp 13.000 = Rp 8.840.000,-
Biaya pengeringan : 2000 x 2kg x 17% x Rp 500.000 = Rp 340.000,-
Dihasilkan margin sebesar : (Rp 8.840.000,-) - (Rp 5.810.000,-) - (Rp 340.000,-) = Rp 2.690.000,-
Kalau dialokasikan untuk biaya lain-lain, bisa diperoleh paling tidak Rp 2.250.000,- bersih per 1000m2 lahan.

2. a Investasi Budidaya dengan Katak /1000m persegi
Asumsi : Jarak tanam 1m x 0,5 m jadi total terdapat 2000 lubang
Bibit umbi per kg = 100 biji , jadi untuk 2000 lubang diperlukan 20 kg
Harga katak Rp 15.000- / kg
Pupuk Kandang cukup untuk 10 lubang /1 kantong plastik (ini estimasi , lebih kurang penggunaan bisa memberi efek yang berbeda pada hasil tanaman), jadi diperlukan total 200 kantong . Pupuk untuk penanaman katak tidak terlalu berpengaruh.
Harga Pupuk kandang Rp 3500, per kantong
Tenaga penggali 2 orang, dalam satu hari menghasilkan 300 lubang galian, jadi diperlukan 7 hari Tenaga tanam 2 orang, diperlukan waktu 2 hari untuk menanam umbi dan memupuknya total 2000 lubang.
Tanaman dari katak perlu disiangi, paling tidak 4 kali dalam musim tanam pertama, dan 2 kali di musim tanam kedua. Tenaga 2 orang, perlu waktu 2 hari menyiangi.

Hitungan : Investasi bibit katak porang : 20 x Rp 15.000 = Rp 300.000,-
Pupuk Kandang : 200 x Rp 3.500 = Rp 700.000,-
Transportasi & Konsumsi : kurang lebih = Rp 800.000,-
Tenaga Tanam & gali : kurang lebih = Rp 610.000,-
Tenaga Penyiangan musim pertama : kurang lebih = Rp 640.000,-
Tenama Penyiangan musim kedua : kurang lebih = Rp 320.000,-

Total investasi = Rp 3.100.000,-

2.b Sementara untuk penjualan panen Umbi dari katak, perhitungan hasilnya kurang lebih sama dengan produksi dari bibit umbi porang.

Maka dihasilkan penjualan sebesar : 2000 pcs x 2 kg x Rp 1.750 = Rp 7.000.000,-

Dihasilkan margin sebesar : Rp 7.000.000,- - Rp 3.100.000,- = Rp 3.900.000,-
Kalau tenaga kasar diperhitungan diperoleh kurang lebih Rp 3.700.000,- bersih per 1000m2 lahan.

Terlihat bahwa investasi dengan katak porang memberikan revenue yang jauh lebih besar ( tiga kali lipat lebih), tetapi harus diperhatikan bahwa hasil tersebut baru bisa diperoleh paling cepat pada tahun ke-2. Sebagai saran, anda tetap bisa memulai investasi budidaya Porang dengan menanam umbi porang di tahun pertama, sekaligus mulai menanam katak sebagai bakal bibit di tahun kedua. Atau anda bisa mulai membeli bibit umbi pada dua tahun pertama, dan katak hasil panenan tahun pertama tidak dijual, melainkan untuk bibit di tahun ketiga. Alternatif terakhir ini biasanya yang paling ekonomis. Mengingat setiap batang porang menghasilkan rata-rata 15 biji katak per musimnya, jadi di tahun pertama saja anda sudah mengumpulkan 15*2000 = 30.000 biji katak. Ambil 3000 biji saja, sudah cukup untuk bakalan bibit di tahun ke tiga. Sisanya bisa dijual, kurang lebih bisa menghasilkan Rp 4.500.000,- dari penjualan bibit katak.

Cukup menarik, bukan..

Mulai Menanam - Menyemai Harapan


Minggu yang lalu , minggu ke-4 Juli 2008, saya mulai menanam Porang di lahan yang sudah disiapkan. Di daerah Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Jateng.

Lahan seluas 5000 m 2 yang seluruhnya ditumbuhi pohon jati berusia kurang lebih 5 tahun, kira-kira tingginya baru 15 - 20 m. Dan lingkar batang rata-rata 25 - 35 cm. Mereka ditanam dengan kerapatan 1,5 m x 1, 5 m. Cukup rapat memang, tapi awalnya di pemilik lahan menginginkan agar tanamannya bisa tumbuh lurus ke atas, baru ketika mulai rapat, sebagian tanaman yang jelek batangnya atau terlalu rapat akan dikurangi bertahap.

Kembali ke penanaman porang. Lahan yang sudah siap tersebut saya minta digali dengan ukuran kurang lebih 1 m x 1 m. Tidak terlalu rapat memang, mengingat bibit yang saya siapkan adalah umbi dengan bobot rata-rata 4 ons. Malah ada umbi yang saya beli dari Trenggalek sudah berukuran kurang lebih 2 kg.

Lubang digali dengan ukuran rata-rata 30 x 40 x 20-25 cm. Sesuai petunjuk seorang teman, lubang galian berperan sebagai pot sebagaimana ketika kita bertanam tabulampot (tanaman buah dalam pot) sehingga hanya memberi ruang gerak optimal bagi perkembangan umbi. Tidak terlalu dalam, karena perkembangan umbi nantinya membesar ke samping atau ke atas.

Selanjutnya saya masukkan pupuk - murni pupuk kandang, karena pemilik lahan punya kotoran sapi sebanyak satu kandang hampir penuh, usianya sudah hampir 2 tahun tidak dipakai. Jadi dengan semangat penghematan, ya sudah semua kotoran yang ada kami tuang ke lubang. Ngirit.. he he...

Soal pupuk ini, seorang teman menyarankan pada waktu pupuk di tuang ke lubang terlebih dulu di campur dengan furadan atau EM4 yang berfungsi sebagai fungisida, membunuh jamur baik yang muncul dari tanah maupun dari bawaan pupuk kandang. Sayang saya tidak sempat melakukan sarannya.

Sebelum pupuk dimasukkan, umbi saya taruh lebih dulu di dasar lubang. Ada dua posisi yang saya cobakan, yaitu umbi tegak dengan tunas di atas dan posisi terbalik. Ada sumber yang mengatakan umbi dibalik akan memperbesar tumbuhnya panenan nanti. Tapi petani porang yang sudah berpengalaman mengatakan pembalikan umbi tidak berpengaruh apapun. Who knows.. makanya saya coba semua.

Setelah umbi masuk, baru pupuk dituangkan dan dicampur dengan tanah hingga munjung. Artinya ketinggian tumpukan tanah di atas tanah sekitarnya. Ini disarankan untuk mencegah air menggenang di bekas galian umbi.

Dari 800 lubang yang kami gali, semua umbi sudah tenang di tempatnya. Tinggal ada sisa bibit yang akan ditanam setelah datang musim hujan, oleh partner saya. Monggo kemawon silahkan..

Tinggal berdoa bareng-bareng agar hasil panenan mendatang seperti yang diharapkan bersama, dan jika eksperimen ini berhasil, semoga masyarakat mau meniru membudidayakan di lahan jati mereka. yang otomatis bisa lebih produktif, dibanding jika mereka membuka lahan untuk ditanami singkong.

Amiinn...

Umbi Porang - Sistem Cerdas Pendeteksi Hujan


Secara alamiah, umbi porang diciptakan dengan mekanisme kerja luar biasa. Dalam tulisan saya sebelumnya, sudah saya sampaikan bahwa tanaman porang pada menjelang akhir musim hujan, akan layu dan batang semunya mengering. Dan terhitung pada saat itu, hingga sekitar satu bulan ke depan, adalah masa-masa terbaik persiapan panen. Saya bilang persiapan, karena kalau dipanen, masih belum layak karena kandungan air nya cukup tinggi. Dan kandungan air ini selain bisa menyebabkan miskalkulasi (karena berat air), juga bisa mengurangi daya tahan umbi ketika terkena udara luar.

Kembali ke umbi cerdas. Sebaliknya pada mendekati musim hujan. Sang umbi akan mendeteksi kelembaban udara, dan secara alamiah pula, titik tumbuh akan mulai berkembang membentuk semacam tunas yang berwarna kemerah-merahan. Dia akan terus berkembang hingga tiba saatnya ketika musim hujan datang, batang semu akan muncul di atas permukaan tanah.

Pertumbuhan tunas ini tidak bisa ditipu dengan guyuran air yang kontinyu ke umbi. Karena jika itu yang dilakukan, umbi malah akan busuk dan mengundang belatung yang memakan umbi. Itu sebabnya, porang mengharamkan tanah becek sebagai media tumbuhnya.

Belum lama berselang, sekitar minggu ke 3 juli 2008, saya menemui umbi di gudang saya mulai muncul tunas kemerahan. Seorang teman memang menyarankan untuk segera menanamnya, sehingga bisa terjaga kelembaban alamiah umbi tersebut. Juga karena biasanya agak susah mencari buruh untuk menanam kalau musim hujan terlanjur datang- mereka pilih menanam di lahan sendiri.

Mulailah saya menanam di lahan yang sudah disiapkan. Waktu itu, si pemilih lahan agak protes, kok masih panas begini sudah ditanam apa tidak kering. Saya memang berkeras menanam bibit di lahan yang tersedia. Tetapi si pemilik berkeras juga, agar sisa umbi yang kekurangan lubang ditahan dulu tidak ditanam, dan menantang teori siapa yang benar. He he... jadinya kayak berantem deh..

Entah ada hubungannya atau tidak , ternyata selang beberapa hari, cuaca selalu mendung di lokasi lahan. Memang belum juga turun hujan, tetapi saya rasakan kelembaban udara mulai meningkat belakangan ini. Yah.. siapa tahu memang si umbi lebih cerdas memilih masa tumbuh dia, daripada pemikiran manusia. Semoga.. biar saya bisa menang taruhan .. he he...Amin