bisnis online
Showing posts with label Pematang. Show all posts
Showing posts with label Pematang. Show all posts

Monday, November 10, 2008

Pematang - Cara penanaman dengan double impact

Karakter umbi Amorphophallus Muelleri / Onchophillus adalah berkembang secara horizontal, melebar ke samping. Umbi ini terbentuk pada pangkal batang semu pada akhir musim penghujan, semakin mengembang, seiring dengan mengeringnya batang semu tersebut, menyimpan seluruh sari pati makanan ke dalam umbi yang merupakan batang asli, untuk cadangan selama masa dormant di musim kemarau.

Dengan cara penanaman konvensional (dan mungkin pernah saya utarakan di bagian lain blog ini juga), akan ditemui kesulitan untuk menemukan umbi yang batang semunya sudah mati. Karena meski tanah sedikit terangkat (membentuk gundukan), bagi orang-orang yang belum terbiasa akan kesulitan membedakannya dengan kondisi tanah di sekitar umbi. Jika tanah digali dengan cangkul secara sembarangan / acak, bisa berpotensi menyebabkan umbi tercangkul. Dimana jika umbi tidak utuh lagi, masa simpan akan lebih pendek.

Untuk mengantisipasi hal ini, penanaman iles-iles bisa dilakukan dengan menggunakan pematang, yaitu media tanam dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Jika penanaman dilakukan di lahan produksi dengan jarak tanam yang disarankan sebesar 50 cm x 100 cm, dimana 100 cm adalah jarak antar puncak pematang, dan lebar pematang mencapai 50 cm, dipisahkan parit sedalam kurang lebih 40 cm. Agar tunas porang yang tumbuh cepat mencapai permukaan tanah, kedalaman penanaman disarankan sebesar 3 - 4 kali ketebalan umbi. Misalnya ketebalan umbi / bibit 5 cm, maka bibit ditanam maksimal sedalam 20 cm. Karena tunas yang tidak segera bisa mencapai permukaan, bisa beresiko membusuk di dalam tanah.

Dengan cara ini, ada dua keuntungan yang bisa diperoleh. Pertama memudahkan untuk mengidentifikasi titik tanam dan mempermudah pemanenan. Kedua, parit akan membantu air lancar mengalir, menghindarkan umbi membusuk sebelum tumbuh, terlebih pada daerah dengan curah hujan yang tinggi.

Metoda ini, selain cocok untuk lahan produksi, juga bisa diterapkan pada lahan persemaian. Hanya tinggal melakukan pengaturan jarak dan ukuran pematang, juga kedalaman lobang tanam.

Saturday, November 1, 2008

Biji Porang - Alternatif Memperbanyak Bibit



Pada awal tanaman porang berbunga, memang mengesankan, karena keindahan tampilannya. Sayang keindahan tersebut tak bertahan lama, hanya selang sekian hari setelah bunga mekar sempurna, maka segera kuntumnya kering dan layu, berganti dengan bonggol buah dengan biji-biji kecilnya.

Yang perlu diperhatikan adalah jika tanaman Porang kita banyak yang berbunga, sebenarnya ada sedikit kerugian pada hasil umbi tanaman yang berbunga tersebut, yaitu perkembangan umbinya tidak bisa optimal, karena makanan yang dihasilkan dikonversi menjadi bunga, kemudian buah dan biji.

Satu buah porang bisa menghasilkan kurang lebih 250 biji, tapi hanya sekitar 40%nya saja yang bisa tumbuh, tergantung kondisi lingkungan dan tingkat kematangan buah. Cukup menggiurkan untuk perbanyakan bibit. Tetapi tanaman porang baru mulai berbunga ketika sudah menginjak usia cukup "dewasa", yaitu 3 tahun atau lebih, padahal kita berharap Porang sudah bisa dipanen pada usia maksimal 2 tahun, dengan mengoptimalkan pemupukan.

Berbekal beberapa tangkai bunga Porang hadiah dari Pak Agung di Trenggalek, saya coba mengikuti petunjuk beliau untuk menyemaikan biji porang.


Biarkan buah dan biji melekat di tangkainya. Sampai ketika biji sudah rontok dengan sendirinya, artinya cukup matang untuk tumbuh pada musim berikut.


Siapkan media tanam, bisa berupa pasir halus, atau tanah. Harus terlindung dari sinar matahari langsung, tetapi harus dipastikan air hujan bisa membasahi media tanam tersebut. Sebarkan biji-biji secara merata,a rtinya tidak bertumpuk-tumpuk, dengan harapan kalau mereka tumbuh tidak saling bertabrakan.


Biarkan saja bibit tersebut, ketika musim hujan tiba dengan sendirinya tunas-tunas baru akan bermunculan. Ketika semaian sudah cukup besar, tinggi kira-kira 10 - 15 cm, waktunya untuk memindahkan mereka ke lokasi tanam yang sesungguhnya. Yang perlu dicatat, umbi panenan dari semaian biji, belum cukup besar untuk dipanen, karenanya, metode ini hanya untuk memperbanyak bibit pada musim berikutnya.

Monday, October 27, 2008

Exotic Petals - Kembang Indah di Kebun Jati

Kebun jati menjadi perhatian utama saya, apalagi ketika hujan sudah semakin rutin berkunjung. Berharap-harap cemas akan perkembangan tanaman iles-iles kuning / porang yang benihnya saya tebarkan dengan penuh pengharapan.
Yang saya temukan adalah kejutan...

Diawali dengan tongolan "kuku bima" sebesar jempol anak saya.
Selanjutnya makin panjang menjulang..


Hingga ujung "tower" terbelah, membentuk bakal helaian bunga..



Mulai terbentuk bunga, dari kuncup hingga perlahan-lahan mengembang..




Dan akhirnya terbentuk bunga sempurna. Dalam waktu dekat Insya Allah bisa kita nikmati kebun bunga di kebun jati saya..padahal kita semua tahu, saya nanamnya porang.. He he..

Thursday, October 9, 2008

Zapp..Bibit Porang pun Bersemi..


Hujan yang mengguyur Wonogiri dan sekitarnya sudah semakin sering, curah hujan pun lumayan tinggi. Bisa dipastikan musim hujan sudah dimulai, jadi anda yang punya rekening langganan banjir, silahkan bersiap-siap perahu karet dan truck kontainer kalau sewaktu-waktu harus pindahan. Meski di sisi lain, hujan adalah berkah dan selalu diharap-harap oleh petani seperti saya.
Meski sebenarnya tanda-tanda hujan sudah mulai terlihat sejak pertengahan bulan agustus dengan tunas umbi porang yang berwarna kemerah-merahan, ada yang bikin saya surprise awal minggu ini.
Sewaktu menanam porang di kebun jati tempo hari, ada sebagian umbi katak yang disimpan dan sama ibu saya dilempar ke pot bunga. Maksudnya ditanam di rumah untuk dilihat perkembangannya sewaktu-waktu, tentu saja berbeda dengan kalau melihat ke kebun, karena tidak bisa setiap saat ngechek.
Nah, karena kapan dan dimana umbi katak tersebut dilempar, saya tidak tahu dan tidak memperhatikan perkembagannya, justru ibu saya yang memberi tahu, tanamanmu sudah tumbuh..
Dan di pot bunga, jadi satu dengan tanaman yang lain, sebatang tanaman porang tegak bersemi, setinggi kurang lebih 25 cm, helaian daunnya masih belum membuka dengan sempurna. Sayang waktu itu saya tidak membawa kamera - sekedar mengabadikan pertumbuhannya.
Baru tadi pagi, saya sempat memotretnya, ketika daunnya sudah terbuka , sekilas seperti daun ganja.. he he..
Saya juga belum ke kebun, untuk melihat apakah bibit yang di sana sudah tumbuh. Semoga saja..

Saturday, September 27, 2008

Mudik - Silaturahim - Hunting Lokasi Budidaya

Dalam beberapa tulisan saya terdahulu, saya sampaikan untuk budidaya porang, memerlukan lahan dengan spesifikasi khusus baik mengenai tekstur tanah, tanaman tegakan, aliran air, maupun kondisi musim tanam hingga panen.
Juga sudah saya sampaikan perhitungan investasi yang diperlukan untuk mempersiapkan lahan, bibit, pupuk, maupun tenaga kerja penanaman hingga panen dan pasca panen.
Tetapi di luar itu semua, satu hal yang cukup saya pahami adalah, para pembaca tulisan-tulisan di blog saya ini adalah orang-orang kota, profesional kerah putih, ataupun pebisnis - yang tidak terbayang di lahan mana anda bisa memulai budidaya porang, seperti yang saya paparkan sebelumnya.
Lebaran kali ini, haruslah menjadi momen yang istimewa buat anda, yang berminat untuk berinventasi dalam budidaya porang. Kenapa begitu ?
Dalam momen mudik lebaran, anda berkesempatan untuk berkunjung ke keluarga di desa - dengan kondisi lingkungan, lahan, tanaman tegakan yang lebih mungkin tersedia - daripada di kota.
Temukan lahan dengan kondisi yang sesuai, syukur-syukur milik famili sendiri, sehingga nantinya hitung-hitungan bagi hasil tidak terlalu rumit.
Ketika sudah menemukan, jangan lupa untuk melakukan prospek, dengan mengenalkan tanaman baru ini - bisa jadi mereka belum mengenal porang sebagai tanaman budidaya bernilai ekonomi tinggi - potensi penjualan, teknologi tanam, dan pasca panen, serta pemasarannya.
Ingat, keuntungan ekonomis semata bukan target akhir dari proyek anda, tetapi lebih jauh lagi adalah simbiosis mutualisme antara anda sebagai investor dengan mereka sebagai pemilik lahan dengan tanaman keras yang produktif dalam waktu lama.
Selamat berburu - dan berbisnis.. Selamat lebaran.. !!

Monday, September 15, 2008

"Virus Porang" - Strategi untuk Menjamin Pasokan dari Lahan Sempit Anda

Permasalahan niaga porang yang mulai kritis dan mendesak untuk ditangani adalah, ketersediaan pasokan, baik secara jumlah maupun kontinuitas stock. Dari artikel di http://www.kapanlagi.com/h/0000181669.html, terungkap permintaan pasar luar negeri sebesar 104 ton baru bisa dipenuhi 24 ton, pada tahun 2007. Kalaupun tahun 2008 ini kapasitas sudah meningkat, rasanya tidak lebih dari 48ton (200% dari kapasitas tahun 2007), itupun baru mencukupi 46% permintaan dan dengan asumsi permintaan pasar tidak meningkat lagi. Selain artikel di atas, telepon/sms/email yang masuk, cukup membuktikan tingginya demand saat ini.

Mengingat musim panen hanya 3-4 bulan dalam satu tahun dengan kapasitas jauh di bawah permintaan, saya rasa sekaranglah waktunya untuk menyebarkan "virus porang". Tujuan ganda dari virus ini adalah, menjamin pasokan porang dengan harga yang logis (ingat, demand tinggi sementara supply kurang, bisa menciptakan harga semu, dan jika harga sudah tidak masuk akal, kompetitor dari China, Thailand dan India pasti dengan mudah mengisi pasar), yang kedua adalah - tentu saja - aspek sosial yaitu perekonomian petani sebagai penggarap dan pemilik lahan bisa meningkat.

Cara menyebarkan virus ini, tidak terlalu rumit. Di tahun pertama, gunakan seberapapun lahan yang anda miliki, asal memenuhi persyaratan tanam, belilah bibit secukupnya, dan tanamlah di lahan anda. Sambil menanam - ini yang paling penting dari penyebaran virus ini - jawab pertanyaan dari para petani tentang apa yang anda tanam, bagaimana potensi penjualannya, dan sebagainya, point utama yang harus disampaikan adalah harga lebih tinggi dari gaplek kering (sekarang ini harga gaplek terakhir adalah Rp 1.050/kg - sementara porang basah anda beli seharga Rp 1.250 pun anda sudah untung), dan pada musim mendatang anda bisa memberikan mereka bibit sekaligus membeli hasil panen mereka. Petani hanya perlu menyediakan lahan, pupuk kandang, menanam dan memanen porang.

Di musim depan, pastikan anda bisa mencukupi permintaan bibit, sehingga anda bisa memberikan bibit katak/bulbil hasil dari panenan anda sendiri kepada petani. (sementara anda sudah panen umbi dan buktikan kalau laku hasilnya laku dijual). Musim berikutnya, beli panenan mereka (berapapun ukuran umbi yang dihasilkan dari katak), sortir , yang cukup besar silahkan dirajang menjadi chips (tetapi biasanya usia 1 tahun belum cukup besar), yang masih kecil siap untuk bibit umbi. Pada saat ini, katak/bulbil dari petani tidak perlu anda beli, karena katak tersebut yang bisa mereka gunakan untuk bibit, tanpa anda beri lagi.

Sedangkan umbi kecil dari petani pertama, anda berikan kepada petani lain, gratis, untuk ditanam di lahan mereka, dengan syarat harus dijual kembali kepada anga. Sementara petani yang pertama tadi sudah memiliki katak untuk ditanam.

Begitu seterusnya. Dengan metoda bibit bergulir semacam ini, paling tidak anda sudah menularkan "Virus Porang" kepada para petani di daerah anda. Dan mulai akhir tahun kedua, Insya Allah, pasokan porang anda sudah cukup banyak,ajeg dan terus berkembang melebihi kapastias lahan yang anda miliki sendiri.

Tuesday, September 9, 2008

Sebuah Impian - Membangun Kemitraan Petani - Corporate

Gara-gara iklan saya di Indonetwork belasan orang mengontak saya, baik via telepon, SMS, atau email, menanyakan stok keripik porang. Terakhir kemarin sore, seorang bapak yang mengaku memiliki pabrik pengolahan konnyaku di Surabaya menelepon menanyakan stok yang saya punyai. Beliau menyebutkan harga beli chips yang bisa diterima - masih di bawah harga terakhir saya menjual ke pengepul - berikut "peraturan-peraturan" kualitas untuk bisa diterima. Sekilas mendengar peraturan beliau, saya yakin tidak bisa memenuhi kriteria yang ditentukan - karena standard kualitas yang diminta agak aneh, yaitu setelah kering hasil chips porang harus berwarna kuning. Selama ini - setahu saya - baik dengan pemanasan matahari atau dengan oven, hasilnya sama-sama putih cerah. Jadi bagi saya, hasil chips porang bewarna kuning setelah kering, adalah hal yang baru, kalau ada pembaca yang lebih tahu mungkin bisa share.

Terlepas dari konteks pembicaraan di atas, bulan-bulan ini sudah cukup jauh waktunya dengan musim panen porang di bulan Mei - Juli. Sebenarnya panen bukan dengan patokan bulan tersebut, tetapi lebih tepat jika ditandai dengan permulaan musim kemarau dimana batang porang layu dan mengering. Jadi saat ini pun, jika masih ada umbi porang yang belum dipanen, masih bisa dilakukan pemanenan sekaligus menjemurnya di bawah terik matahari - tetapi hati-hati, karena hujan sesekali sudah turun.

Mengingat rendahnya kapasitas produksi kita pertahun, sudah sangat mendesak untuk memperluas Dan mengintensifkan budidaya porang di lahan-lahan yang sesuai. Tarik ulur yang terjadi adalah, warga sekitar hutan, tidak akan pernah cukup uang untuk membeli bibit. Terlihat bahwa mereka berada dalam jebakan kemiskinan turun temurun yang tidak akan pernah ada solusinya.

Di tengah gencarnya perusahaan-perusahaan besar membangun brand image dengan meluncurkan berbagai program Corporate Social Responsibility, saya kira inilah waktu yang tepat untuk membangun jembatan CSR tersebut ke pintu yang tepat, sehingga bantuan yang diberikan bisa menumbuhkan kemandirian.

Kemungkinan lain misalnya dengan cara inti - plasma. Perusahaan-perusahaan consumer goods yang menggunakan konnyaku sebagai bahan baku, bisa memperoleh pasokan yang kontinyu, kualitas terjaga Dan yang pasti dengan harga murah. Dengan cara membina petani plasma di kantong-kantong sekitar hutan,dengan menjamin penyediaan bibit, pupuk, dan jaminan penyerapan hasil panen.

Dalam kalkulasi saya, dari satu hektar lahan, bisa dihasilkan sampai 3,5 ton tepung konnyaku dalam satu kali panen. Dimana biaya investasi akan kembali sejak tahun pertama panen, dengan keuntungan akan tumbuh sampai 600% di tahun kedua. Nah siapa yang akan memulai?

Tuesday, August 26, 2008

Lomba Porang - Kompetisi Telah Dimulai

Kompetisi unik yang diselenggarakan para pelaku dan pemerhati bisnis Porang. Unik karena pertama dan satu-satunya di Indonesia, malah mungkin di dunia. Menarik, karena bisa menjadi upaya mengkampanyekan komoditi yang ramah lingkungan, potensial dan minim resiko.

Sumber :
http://www.unit2.perumperhutani.com
LMDH WONOJOYO LANGGENG JOMBANG, JUARA SATU LOMBA PORANG TERBESAR
Print E-mail
Written by Djel
Friday, 18 July 2008
Mendengar Lomba Porang mungkin terasa asing ditelinga masyarakat umum, namun itulah yang terjadi Rabu (9/7) di KPH Madiun. Sebanyak 35 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di seluruh wilayah Jawa Timur, unjuk kebolehan dengan memamerkan porang terbesar dari daerahnya.

Lomba porang yang di prakarsai oleh Biro Pembinaan dan Konservasi SDH Unit II Jatim, memperebutkan hadiah total senilai Rp.9 juta rupiah yang dibagi dalam enam kelompok pemenang. Dengan kriteria penilaian meliputi berat, besar, kondisi fisik, dan administrasi bahwa porang tersebut benar-benar berasal dari wilayahnya, yang dibuktikan dengan surat rekomendasi dari KRPH dan Asper diwilayahnya.
Setelah melalui penilaian yang sangat ketat oleh Juri yang terdiri dari pakar porang, Soekamo dari KPH Saradan, Ir. Bambang D dari Dinas Kehutanan Propinisi Jawa Timur, dan Doni PS Pemerhati Porang dari Majalah Penjebar Semangat. Ketiga juri tersebut sepakat bahwa Porang seberat 13 kg milik LMDH Wonojoyo Langgeng dengan kondisi fisik bagus itu adalah Porang terbesar dan terberat diantara Porang-Porang yang diikutkan lomba. Berdasarkan administrasi yang ditetapkan, Porang tersebut berasal dari petak 78a RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang, yang akhirnya dinobatkan sebagai juara satu dan berhak mendapat hadiah uang pembinaan sebesar Rp.3,5 juta.

Lomba Porang yang dibuka oleh Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Ir. Tedjo Rumekso, dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin, Bupati Madiun yang diwakili oleh Sekretaris Kab. Madiun Ir. Soekiman, MSi.

Dihadapan para kuli tinta, Ir. Tedjo Rumekso, mengatakan bahwa lomba Porang ini untuk mendorong dan memotivasi para LMDH untuk terus berkembang, karena industri porang bertumbuh bukan berkurang, tapi justru bertambah artinya porang mempunyai prospek yang sangat tinggi, sebelumnya informasi porang memang sangat lemah, tetapi sekarang sudah mulai terbuka, dan itu terbukti bahwa pengusaha porang sekarang banyak didatangi oleh pembeli-pembeli dari luar negeri untuk melakukan deal tentang ekspor porang”, ujarnya.

Menurut Tedjo saat ini potensi luas lahan untuk tanaman porang di wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur kurang lebih 400 ribu ha, dari lahan seluas itu yang sudah ditanami porang baru sekitar 24.258,6 ribu ha, sedangkan yang sudah berproduksi kurang lebih 15 ribu ha.

Ditempat yang sama Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Ir. Agus Syamsudin mengatakan bahwa Lomba Porang ini adalah yang pertama kali didunia. Lomba yang dilatarbelakangi oleh semakin bertumbuhnya industri porang dikawasan hutan, Agus berharap, dari budidaya porang tersebut dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar hutan (Djel)


Daftar Juara Lomba Porang Selengkapnya


No. Urutan Juara LMDH Asal Porang Berat (Kg)
1 Juara I Wonojoyo Langgeng Pt.78a, RPH Sumber Miri, BKPH Kerondong, KPH Jombang 13,2
2 Juara II Pandan Asri Pt. 94, RPH Klangon, BKPH Pajaran, KPH Saradan 12,8
3 Juara III Wono Salam Pt. 72a RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun 11,8
4 Juara Harapan I Sumber Wana Lestari Pt. 153c, RPH, Piji, BKPH Tulung, KPH Saradan 9,8
5 Juara Harapan II Wono Lestari Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 8.0
6 Juara Harapan III Sobo Wono Pt. 33c RPH Wonoasih, BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat 7,9