Satu budaya yang (kabarnya) semakin hilang diantara masyarakat Indonesia, yaitu semangat bergotong royong. Jangan diukur dari jumlah kehadiran dalam kegiatan kerja bakti bebersih kampung, atau ronda malam. (betul intensitas ke arah sana semakin kurang, tetapi bukan itu poin saya). Tetapi coba dilihat dari kacamata istilah bule: Empathy (dijamin ejaan nya bener, saya sudah konsul sama google translate :p). Menurut kamus, empathy merupakan kemampuan untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Nah, gagasan koperasi pedesaan ini adalah untuk mengkonversi empati menjadi uang.. lho bagaimana bisa? Inilah faktor pengungkit yang akan kita bahas lebih lanjut..
BERsambuNG....(ngetik thesis dulu... ditunggu supervisor he he..)
Berawal dari gagasan memperkenalkan budidaya porang/iles-iles, sebagai salah satu komoditi andalan masyarakat desa, saya menyadari potensi pedesaan dan masyarakatnya yang bisa dikembangkan menjadi suatu kekuatan ekonomi yang-Insya Allah- sustainable. Kita harus menjawab satu demi satu persoalan yang timbul di pedesaan, dan bersama mencari jalan keluarnya. Kenapa kita? Karena hanya secara bersama-sama kita bisa menguaikan persoalan melalui langkah-langkah yang sistematis dan saling melengkapi.
Thursday, April 11, 2013
Faktor Pengungkit (Leveraging) bernama ..GOTONG ROYONG
Labels:
empati,
gotong royong,
Koperasi,
koperasi pedesaan,
leverage,
pengungkit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment